CATUR MARGA
Ada
4 (empat) jalan (Marga) menuju kepada Tuhan (Hyang Widhi) yaitu :
- Bhakti Marga
- Karma Marga
- Jnana Marga.
- Yoga Marga
Bhakti
artinya cinta kasih. Kata bhakti digunakan untuk menunjukkan cinta kasih kepada
subyek yang lebih tinggi statusnya, atau lebih luas lingkupnya misalnya : orang
tua, negara, bangsa, Tuhan (Hyang Widhi). Kata cinta kasih digunakan untuk
sesama misalnya tunangan, istri/suami, umat sedharma, umat manusia. Orang yang
ber-bhakti kepada Hyang Widhi disebut Bhakta.
Dari caranya mewujudkan, bhakti dibagi dua yaitu PARA BHAKTI dan APARA BHAKTI. Para artinya utama; jadi para bhakti artinya cara berbhakti kepada Hyang Widhi yang utama, sedangkan apara bhakti artinya tidak utama; jadi apara bhakti artinya cara berbhakti kepada Hyang Widhi yang tidak utama. Apara bhakti dilaksanakan oleh bhakta yang tingkat inteligensi dan kesadaran rohaninya kurang atau sedang-sedang saja. Para bhakti dilaksanakabhakta yang tingkat inteligensi dan kesadaran rohaninya tinggi.
Dari caranya mewujudkan, bhakti dibagi dua yaitu PARA BHAKTI dan APARA BHAKTI. Para artinya utama; jadi para bhakti artinya cara berbhakti kepada Hyang Widhi yang utama, sedangkan apara bhakti artinya tidak utama; jadi apara bhakti artinya cara berbhakti kepada Hyang Widhi yang tidak utama. Apara bhakti dilaksanakan oleh bhakta yang tingkat inteligensi dan kesadaran rohaninya kurang atau sedang-sedang saja. Para bhakti dilaksanakabhakta yang tingkat inteligensi dan kesadaran rohaninya tinggi.
Ciri-ciri
bhakta yang melaksanakan apara bhakti antara lain banyak terlibat dalam ritual
(upacara Panca Yadnya) serta menggunakan berbagai simbol (niyasa).
Ciri-ciri
bhakta yang melaksanakan para bhakti antara lain sedikit terlibat dalam ritual
tetapi banyak mempelajari Tattwa Agama dan kuat/berdisiplin dalam melaksanakan
ajaran-ajaran Agama sehingga dapat mewujudkan Trikaya Parisudha dengan baik
dimana Kayika (perbuatan), Wacika (ucapan) dan Manacika (pikiran) selalu
terkendali dan berada pada jalur dharma. Bhakta yang seperti ini banyak
melakukan Drwya Yadnya (ber-dana punia), Jnana Yadnya (belajar-mengajar), dan
Tapa Yadnya (pengendalian diri). Pilihan menggunakan para atau apara bhakti
tergantung dari tingkat inteligensi dan kesadaran rohani masing-masing. Yang
ditemukan di masyarakat Hindu Indonesia dewasa ini adalah mix para dan apara
bhakti, namun bobotnya berbeda.
Umat
Hindu di Bali banyak menggunakan apara bhakti, sedangkan umat Hindu diluar Bali
banyak menggunakan para bhakti. Kenapa demikian ? Apakah itu berarti umat Hindu
di Bali inteligensi dan kesadaran rohaninya kurang ? Tidak selalu demikian. Ada
umat Hindu di Bali yang inteligensi dan kesadaran rohaninya tinggi tetapi
dibelenggu oleh tradisi beragama yang monoton dan feodalistis, sehingga
menampakkan diri sebagai apara bhakti. Sebaliknya umat Hindu diluar Bali lebih
moderat, demokrat, rasional dan reformis, sehingga memudahkan mereka mencapai
para bhakti. Mengupayakan umat Hindu di Bali menjadi sebagian besar para bhakta
tidaklah semudah membalikkan telapak tangan karena bottle-neck yang menghadang
ya itu tadi : tradisi beragama dan feodalisme. Itulah sedikit ulasan kasus
tentang para dan apara bhakti.
No comments:
Post a Comment