Search This Blog

Friday, 11 September 2015

SEJARAH KAWITAN ARYA KEPAKISAN

Pura Kawitan terdiri dari kata Pura dan Kawitan. Pura artinya tempat suci Agama Hindu untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan berbagai manifestasinya dan  memuja roh suci leluhur yang sangat dihormati. Kawitan berasal dari kata “Wit” yang artinya Asal Mula. Pura Kawitan yaitu pura tempat suci, yang penyiwinya ditentukan oleh ikatan “wit” atau leluhur berdasarkan garis kelahiran (geneologis) seperti Sanggah/Merajan, Paibon, Dadia, dan Kawitan. Begitu juga Pura Kawitan Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya) adalah pura yang penyiwinya atau disungsung oleh Prati Sentana Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya), yang ada diseluruh Bali.

Sebagaimana disebutkan dibeberapa sumber Arya Kepakisan  datang ke Bali pada 1352 M diutus   oleh raja Majapahit  mengiringi Dalem Sri Kresna Kepakisan, untuk memadamkan pemberontakan di 39 desa Bali Aga. Setelah berhasil beliau diangkat sebagai patih agung kerajaan,  mendampingi Dalem Sri Kresna Kepakisan, sebagai raja Samprangan I. Dalem Sri Kresna Kepakisan bersthana (tempat tinggal) di
Samprangan. Sedangkan Arya Kepakisan menuju tenggara dan tiba disebuah tempat, disana Beliau menemukan sebuah Kelapa Besar (Nyuh Aya), yang bersinar.  Di tempat itulah dipilih sebagai tempat tinggal  yang kemudian disebut dengan DESA NYUH AYA, untuk mengenang ditemukan Kelapa Besar (Nyuh Aya). Tempat itupun diberi tanda/cihna/ciri dengan Taru Agung atau disebut juga Taru Rangsana, dimana di Jawa Timur banyak dijumpai sebagai pohon yang disebut pohon angsana (Pterocarpus indicus).    Taru Agung tersebut  mempunyai keunikan karena getahnya berwarna Merah Darah, seperti darah manusia. Karena keunikan itulah Taru Agung tersebut dipilih sebagai tanda/cihna/ciri, yang dibawa dari Desa Pakis asal Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya). Disinilah didirikan Merajan oleh Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya), dan kemudian menjadi PURA KAWITAN setelah Beliau moksa dan bersthana di Pura Kawitan Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya) sekarang.
Dalam Pamencangah yang tersimpan di Pura Kawitan Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya) pada kalimat awal tertulis “Mulaning carma ring Bali Sri Arya Kepakisan, Arya Kediri saking Jayasabha, ari saking Aji Jayabhaya, saking Erlanggia, Putu Kameswara saking Dharma Wangsa Loang Dantawikrama”.
Kemudian pada bait terakhir tertulis “ Asak aoka Pangeran Nginte, Pangeran Nginte ngeanis Sira Jaya Keta, telas brasta wayang paperangan. Arya Kediri Putrane Jayasabha aputra Arya Kepakisan, iki ngembatang maring Bali, tekep ira pada. Sane kasentane kemajelangu, Arya Wang Bang, Arya Kenceng, Arya Delancang, Arya Belog, Arya Kedutan, malih sira Wang Bang, Tan Kober, Tan Kabur, Tan Mundur, kameokas Arya Kutawaringin sama angiringang Arya Kepakisan. Malih Arya Kepakisan asentane Pangeran Nyuh Aya, masentane pepitu, pinih werde Petandakan, Satra, Pelangan, Akah, Kloping, Cacaran, Anggan. Iki rerajahan Kajang maring Pemerajan Arya Nyuh Aya”.
Kalau dicermati dari kalimat yang terdapat di Pemencangah yang tersimpan di Pura Kawitan Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya), bahwa Arya Kepakisan putra dari Arya Kediri, Arya Kediri putra dari Jayasabha, dan Jayasabha adalah Putra Raja Airlangga dari sinilah beliau menyebarkan “ngembatang” keturunanNya, di Bali. Disini pula disebut Pemerajan Nyuh Aya, sesuai kalimat terakhir dari Pemencangah tersebut.
Sesuai konsep Hindu, setiap keluarga yang akan membangun sebuah pekarangan rumah atau tempat tinggal pasti akan dibangun sebuah Parahyangan Pemerajan atau Sanggah.  Begitu pula dengan Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya) setelah tinggal di Desa Nyuh Aya, beliau juga membangun Pemerajan, yang kini menjadi Pura Kawitan setelah Beliau moksa dan bershtana di Pura Kawitan Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya).
Sangat diyakini Desa Nyuhaya sama dengan Banjar Sidayu Nyuhaya, Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, karena hingga sekarang Taru Agung atau disebut juga Taru Rangsana yang dipakai tanda, masih berdiri dan tumbuh dengan subur di Pura Kawitan Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya). Disinilah “Wit” atau Asal Mula dari seluruh Prati Sentana Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya), yang ada diseluruh Bali.

Dinamakan Kepakisan karena pakis berarti paku, dipakukan menjadi raja oleh Mpu Dang Guru. Arya Kepakisan dijadikan raja di Bali oleh Rakryan Madha. 
Arya artinya Wisnu, yakni Bhatara Hari, hakikatnya keluarga bangsawan keturunan Wisnu, tiada kesatria yang berasal dari Batara Brahma, karena berasal dari Batara Wisnu asalnya. Itulah sebabnya raja yang baru tiba dinamakan Sri Kresna Kepakisan. 
Sri berarti raja, Kresna berarti Wisnu. Demikianlah atas kebijaksanaan Mahapatih Gajahmadha. Itulah sebabnya Sri Kresna Kepakisan beserta Arya Kepakisan terutama para Wesia dari Jawa bersama-sama pergi ke Bali atas perintah patih Gajah Mada sebagai penjelmaan Wisnu yang menjadi menteri dan paham akan perihal kenegaraan.
Sri Kresna Kepakisan keturunan Brahmana menjadi raja di Bali dan Arya Kepakisan menjadi patihnya, diiringi oleh para arya yang dilantik, terutama para Wesia dari Jawa sebagai delapan penjaga raja yang berkuasa di Samprangan. 

Arya Kepakisan memiliki dua orang putra yang bernama Arya Asak dan Arya Arya Nyuhaya. Merekalah yang selanjutnya menurunkan keturunan berikutnya. Demikianlah keturunan Arya Kapakisan pada jaman dahulu.

No comments:

Post a Comment