BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah
gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat
dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Memasuki tahu
2000 Indonesia masih menghadapi beban ganda masalah gizi. Masalah kurang gizi,
seperti Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Energi Kronik (KEK), gangguan
Akibat kurang Yodium (Gaky), Anemia Gizi, Kurang Vitamin A (KVA) masih menjadi
masalah utama. Sementara itu gizi lebih semakin banyak di derita oleh sebagian
penduduk khususnya di perkotaan (Depkes, 2000)
Masalah gizi merupakan masalah yang
ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin, negara berkembang dan negara maju.
Negara miskin cenderung dengan masalah gizi kurang, hubungan dengan penyakit
infeksi dan negara maju cenderung dengan masalah gizi lebih (Soekirman, 2000).
Saat ini di dalam era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi permasalahan gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi kurang yang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi. Selain itu masalah gizi lebih yang disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi (Azrul,2004).
Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu mengakibatkan perubahan gaya hidup dan pola makan. Perubahan pola makan ini dipercepat dengan maraknya arus budaya makanan asing yang disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi. Disamping itu perbaikan ekonomi menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik masyarakat tertentu. Perubahan pola makan dan aktifitas fisik ini berakibat semakin banyaknya penduduk dengan golongan tertentu mengalami masalah gizi lebih berupa kegemukan dan obesitas (Almatsier,2009).
Prevalensi overweight dan obesitas terus meningkat dengan cepat, khususnya diantara anak-anak dan remaja pada sebagian negara di dunia. Overweight dan obesitas khususnya jika disertai dengan lingkaran perut yang besar, turut memberikan kontribusi yang signifikan pada permasalahan kesehatan, penurunan kualitas hidup dan peningkatan biaya kesehatan (Gibney dkk,2008).
Hasil pemantauan oleh Direktorat BGM Depkes pada tahun1996/1997 menunjukkan prevalensi obesitas pada laki-laki adalah sebesar 2,5% dan pada perempuan 5,9% dengan rata-rata 4,7%. Dampak masalah gizi lebih pada orang dewasa tampak dengan semakin meningkatnya penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit hati (Almatsier,2009).
Saat ini di dalam era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi permasalahan gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi kurang yang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi. Selain itu masalah gizi lebih yang disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi (Azrul,2004).
Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu mengakibatkan perubahan gaya hidup dan pola makan. Perubahan pola makan ini dipercepat dengan maraknya arus budaya makanan asing yang disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi. Disamping itu perbaikan ekonomi menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik masyarakat tertentu. Perubahan pola makan dan aktifitas fisik ini berakibat semakin banyaknya penduduk dengan golongan tertentu mengalami masalah gizi lebih berupa kegemukan dan obesitas (Almatsier,2009).
Prevalensi overweight dan obesitas terus meningkat dengan cepat, khususnya diantara anak-anak dan remaja pada sebagian negara di dunia. Overweight dan obesitas khususnya jika disertai dengan lingkaran perut yang besar, turut memberikan kontribusi yang signifikan pada permasalahan kesehatan, penurunan kualitas hidup dan peningkatan biaya kesehatan (Gibney dkk,2008).
Hasil pemantauan oleh Direktorat BGM Depkes pada tahun1996/1997 menunjukkan prevalensi obesitas pada laki-laki adalah sebesar 2,5% dan pada perempuan 5,9% dengan rata-rata 4,7%. Dampak masalah gizi lebih pada orang dewasa tampak dengan semakin meningkatnya penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit hati (Almatsier,2009).
B.
TUJUAN
Tujuan umum :
·
untuk mengetahui
factor – factor yang mempengaruhi terjadinya kelebihan asupan energy dan
protein di Indonesia
tujuan khusus :
·
untuk mengetahi
definisi dari gangguan akibat kelebihan asupan energy dan protein
·
untuk mengetahui
patogenesa dari gangguan akibat kelebihan asupan energy dan protein
·
untuk mengetahui
akibat/dampak dari gangguan akibat
kelebihan asupan energy dan protein
·
untuk mengetahui
gambaran klinik dari gangguan akibat
kelebihan asupan energy dan protein
·
untuk mengetahui
penatalaksanaan dari gangguan akibat kelebihan asupan energy dan protein
·
untuk mengetahui
kaitan antara prilaku dan lingkungan dari gangguan kelebihan asupan energy dn
protein
·
untuk mengetahui
interaksi obat dan zat gizi pada seseorang yang mengalami gangguan akibat
kelebihan asupan energy dan protein
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 DEFISIENSI
Malnutrisi Energi Protein (MEP) : MEP disebut juga kekurangan energi protein
(KEP) terjadi jika persediaan energi atau protein tidak mencukupi kebutuhan
metabolisme tubuh, sehingga akhirnya menimbulkan gangguan pada proses
fisiologik yang normal.
Keadaan yang sering mengakibatkan
terjadinya MEP, antara lain :
o asupan
makanan yang tidak memadai
o peningkatan
kebutuhan metabolic
o peningkatan
kehilangan zat gizi.
Klasifikasi
dan Penilaian Malnutrisi Energi Protein :
MEP Primer ; asupan protein dan atau
energi tidak memadai
MEP sekunder ; karena penyakit yang
mengganggu asupan atau penggunaan zat gizi atau penyakit yang meningkatkan
kebutuhan zat gizi. (keganasan, malabsorbsi usus, radang usus besar, AIDS, GGK)
Klasifikasi lain berupa pembagian
berdasar berat ringannya PEM ; PEM ringan, sedang, berat.
2.2 Patogenesa dan etiologi kelebihan asupan
energy dan protein
Kelebihan energi oleh tubuh akan
diubah menjadi zat lemak yang kemudian disimpan sebagai jaringan lemak di bawah
kulit dan juga di organ-organ lain. Kelebihan energi dapat terjadi sebagai
akibat masukan energi yang berlebihan, penggunaan energi yang kurang atau
kombinasi kedua hal tersebut.
Masukan energi yang berlebihan
terdapat pada keadaan sbb :
- gangguan emosional: dalam hal ini makanan merupakan
penggnati untuk mencapai kepuasan dalam memperoleh kasih sayang dan
ketentraman.
- kelainan pada otak (hipotalamus dan hipofisis) yang
mengakibatkan gangguan terhadap pusat rasa kenyang.
- Kelebihan insulin.: Penggunaan kalori yang kurang dapat terjadi karena :
-aktivitas jasmani yang kurang
- hipotiroidisme, sindroma
adreno-genital
Obesitas membahayakan kesehatan karena mempermudah
terjadinya penyakit lain dan juga mempersulit penyembuhan beberapa penyakit
seperti arthritis, hipertensi, dsb.
Gejala klinis :
- raut muka ; hidung dan mulut tampak relatif kecil dengan
dagu ganda
-dada dan payudara ; bentuk payudara mirip payudara
yangsudah tumbuh.
-Abdomen membuncit dan menggantung
- Lengan dan paha tampak besar, tangan relatif kecil
-Genital luar ; pada pria penis seakan terpendam, sehingga
tampak kecil.
Hiperlipidemia: Gangguan metabolisme lemak yang
menimbulkan peningkatan kadar lemak darah disebut sebagai hiperlipidemia.
Klasifikasi hiperlipidemia : Ada 2 jenis hiperlipidemia ditinjau
dari sebabnya, yaitu ;
Hiperlipidemia primer: Ialah keadaan peningkatan kadar
lemak darah yang tidak ada hubungannya dengan penyakit lain. Meleinkan
herediter (genetik)
Hiperlipidemia sekunder: Hampir 40% gangguan metabolisme
lemak yang ditandai dengan peningkatan kadar lemak merupakan hiperlipidemia
sekunder.
Yang sering menimbulkan hiperlipidemia sekunder : obesitas, alkoholisme (peminum
alcohol),gangguan ginjal, gangguan
hati,diabetes mellitus, iatrogenik (obat-obatan ; pil anti hamil,
kortikosteroid jangka panjang), hipotiroidisme, feokromositoma
Gejala hiperlipidemia : Hiperlipidemia tidak menimbulkan
gejala apapun sampai terjadi komplikasi penyakit jantung koroner yang melanjut
sebagai infark miokard. Diagnosis hiperlipidemia lebih banyak ditemukan saat
pemeriksaan rutin atau pada waktu cek-up sebagai syarat peserta asuransi. Jenis
sekunder biasanya ditemukan setelah diketahui penyakit primernya.
2.3
Akibat/Dampak kelebihan asupan energy dan protein
1. Obesitas dan Overweigh
Obesitas dan
overweight adalah dua kata yang mempunyai arti yang berbeda dalam segi gizi
klinis, meskipun keduanya selalu disamaratakan dan disejajarkan penggunaanya.
1.
Obesitas
Obesitas adalah
kelebihan berat badan yang berasal dari lemak. Bila berat badan lebih dari 120%
berat badan standar. Seorang bayi atau anak yang kegemukan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk tetap kegemukan pada masa pubertas dan dewasa. Penimbunan
lemak yang berlebihan pada kegemukan disebabkan oleh konsumsi energi yang
melebihi kebutuhan termasuk kebutuhan energi untuk pertumbuhan. Penyebab
gangguan keseimbangan energi antara lain adalah faktor keturunan, konsumsi
energi, dan pengeluaran energi.
ü Faktor
Keturunan
Angka-angka
yang menunjukkan bahwa faktor keturunan berpengaruh terhadap gangguan
keseimbangan energi adalah sebagai berikut:
1) Bila bapak dan ibu tidak gemuk, kemungkinan
anak menjadi gemuk adalah 9%.
2) Bila bapak atau ibu gemuk, kemungkinan anak
menjadi gemuk adalah 41-50%.
3) Bila bapak dan ibu gemuk, kemungkinan anak
menjadi gemuk adalah 66-80%
Kadang-kadang
sukar untuk membedakan pengaruh faktor keturunan dengan faktor lingkungan,
karena anak-anak yang berasal dari orang tua gemuk ternyata cenderung meniru
kebiasaan makan dan gerak yang salah dari orang tuanya (Rumah Sakit Dr.Cipto
Mangunkusumo, 2003)
ü Konsumsi Energi
Konsumsi energi
yang berlebihan, terutama yang berasal dari karbohidrat, bisa menyebabkan
kegemukan. Kebutuhan energi yang bersifat individual perlu mendapat perhatian.
Frekuensi dan porsi makanan ternyata berpengaruh terhadap keseimbangan energi.
Makan sering secara teratur dalam porsi kecil tidak mudah menyebabkan kegemukan
dibandingkan dengan makan dalam jumlah banyak secara tidak teratur atau
melewati waktu makan.
ü Pengeluaran
Energi
Pengeluaran
energi yang menurun berpengaruh terhadap terjadinya kegemukan pada anak-anak.
Obesitas terjadi pada anak-anak yang menderita penyakit yang menyebabkan
aktivitas menurun. Cara yang digunakan untuk mengukur obesitas adalah Indeks
Massa Tubuh dan Lingkar Perut. Obesitas yang diukur dengan Indeks Massa Tubuh
dapat dibagi menjadi obesitas perifer dan obesitas sentral atau abdominal
berdasarkan lingkar perut. Bagi orang Asia, lingkar perut pada laki-laki harus
kurang dari 90cm sementara pada wanita kurang dari 80cm. Jadi, IMT yang
melebihi 23 dengan lingkar perut lebih dari 90cm pada laki-laki dan 80 cm pada
wanita dapat digolongkan kedalam obesitas abdominal. Etiologi obesitas sesungguhnya dapat dibagi
dua, yaitu:
1.
Penyebab internal yang bisa berupa permasalahan
metabolisme (hormonal) atau pencernaan (enzimatik).
2.
Permasalahan eksternal yang berupa
ketidakseimbangan antara diet dan exercise sebagai akibat dari perubahan gaya
hidup serta modernisasi, termasuk pelbagai problem psikologis dan aktualisasi
diri (Hartanto,2006).
2.
Overweight
Overweight
lebih mengacu pada kelebihan berat badan dibandingkan dengan standar normal.
Bila berat badan 110-120% berat badan standar. Berat badan overweight bisa
berasal dari otot, tulang, organ- organ vital, dan sebagainya. Contoh dari
kasus Overweight adalah para binaragawan, mereka mungkin berat badanya lebih
daripada orang normal yang sama umurnya dengan mereka namun meski mereka lebih
berat, tidak bisa dikatakan sebagai obese karena kelebihan berat badanya
berasal dari otot.
2. Hipertensi
A. Pengertian
Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan
di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada
pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang
berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.Nilai
normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat
aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHG. Dalam aktivitas
sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil.
Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan
meningkat diwaktu beraktifitas atau berolahraga.
B. Gejala
Hipertensi
Pada umumnya gejala hipertensi tidak
diketahui dengan pasti. Sebagian besar penderita baru menyadari jika ia telah
mengidap penyakt hipertensi setelah terjadi komplikasi pada organ lain seperti
ginjal, mata, otak, dan jantung. Sakit kepala, mimisan,limbung dan mabuk sering
dianggap sebagai ciri-ciri hipertensi.
Data pada sebuah klinik di Paris menyebutkan
bahwa dari 1771 penderita penyakit hipertensi yang tidak diobati, mengalami
sakit kepala 40,5 %, berdebar 28,5 %, sering buang air kecil waktu malam 20,4
%, rasa limbung 20,8 %, dan sering mengalami telinga berdengung 13,8 %.
C. Penyebab
Hipertensi
Sebenarnya ada beberapa penyebab hipertensi
memang sering tidak kita ketahui dan merasa hipertensi tersebut datang dengan
sendirinya, Oleh karena itu berikut ini adalah penyebab penyakit hipertensi
tersebut
1.
Usia
2.
Keturunan
3.
Kolestrol
4.
Stress
3.
Diabetes
A.
Pengertian
Diabetes
Diabetes
melitus, DM (bahasa Yunani: διαβαίνειν, diabaínein,
tembus atau pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia
dengan istilah penyakit kencing manis adalah kelainan metabolik yang disebabkan
oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglikemia kronis dan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari:
1.
Defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas
insulin.
2.
Defisiensi transporter glukosa.
3.
Atau keduanya.
ü Gejala Diabetes
1.
Berat Badan Turun Tanpa Sebab
Berat badan yang turun tanpa alasan tidak dengan pengaturan pola makan,
baru sembuh dari sakit atau melakukan kegiatan yang banyak dapat menjadi gejala
diabetes tipe 1. Ketika seseorang sudah terkena diabetes, tubuh tidak akan
memakai glukosa dengan baik, dan lemak akan berubah menjadi energi. Hal itulah
yang membuat seseorang kehilangan berat badan.
2.
Buang Air Kecil Lebih Sering
Diabetes dapat membuat penderitanya sering buang air kecil dan tidak
teratur. Hal ini disebut juga sebagai poliuria.
3.
Sering Haus
Anda akan merasa haus walau tidak banyak melakukan kegiatan yang berat. Ini
terjadi karena tubuh kehilangan kandungan air akibat poliuria tadi.
4.
Penglihatan
Semakin Lemah
Tingkat penglihatan Anda akan mulai tidak jelas. Hal ini karena adanya
tingkatan pada glukosa semakin bertambah. Glukosa tersebut akan banyak di
sekitar lensa mata, dan membuat mata Anda sering tidak fokus.
5.
Perubahan Warna
Kulit
Bintik-bintik hitam akan terlihat dalam kulit anda. Biasanya akan terlihat
di bagian leher dan menjadi salah satu gejala awal diabetes. Tubuh menghasilkan
insulin dan meningkatkan banyak pigmen, sehingga beberapa bagian kulit menjadi
lebih gelap.
6.
Mudah Lelah
Anda lebih gampang kelelahan walau tanpa banyak aktifitas. Waspadai gejala
ini karena ini merupakan gejala diabetes.
7.
Sering Merasa Lapar
Kadar insulin dapat menambah lapar walau sudah makan lebih banyak dari
biasanya. Dorongan rasa lapar ini akan semakin menambah nafsu makan dan
dinamakan dengan polifagia.
8.
Butuh Waktu Lama Luka untuk Sembuh
Jika anda mempunyai luka yang sulit sembuh kemungkinan anda adalah
penderita Diabetes dan gejala yang harus diwaspadai.
9.
Sering
Mengalami Infeksi Vagina dan Saluran Kemih
Seringnya mengalami peningkatan glukosa yang berlebihan, dan anda lebih
sering mengalami infeksi khususnya pada vagina dan saluran kandung kemih, bisa
jadi ini adalah gejala diabetes.
10.
Kaki Mati Rasa Saat Ditusuk Jarum
Indikasi lain diabetes seperti adanya penurunan fungsi saraf yang membuat
anda tidak sakit saat tertusuk jarum atau sering kesemutan. Waspada gejala ini,
karena mungkin anda menderita penyakit Diabetes.
ü Penyebab
Diabetes
·
Malas bergerak
Gaya hidup pasif seperti kebiasaan duduk terlalu lama di depan televisi,
komputer, memilih naik lift daripada naik tangga, dan jarang berolahraga bisa
memicu timbulnya diabetes. Karena semakin sedikit bergerak, semakin sedikit
pula kalori tubuh kita yang terbakar. Penelitian di Harvard AS
membuktikan jika kebiasaan menghabiskan banyak waktu di depan tv punya risiko
menderita diabetes hingga 14 persen.
·
Banyak konsumsi
karbohidrat sederhana
Makanan dan minuman seperti sirup, air bersoda, roti dan cake memang sulit
dihindari. Rasanya yang enak dan manis cenderung membuat kita untuk
mengkonsumsinya lebih banyak. Padahal kita tidak tahu berapa banyak takaran
gula yang terkandung di dalam makanan dan minuman tersebut. Karbohidrat
sederhana itulah yang bisa membuat simpanan gula darah dalam tubuh kita
berlebih.
·
Kurang Tidur
Gaya hidup seperti pola & kualitas tidur yang tidak baik juga bisa
memicu timbulnya diabetes. Penelitian menunjukkan, kurang tidur akan
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memetabolisme gula dengan benar, karena
menurunkan kadar insulin dalam tubuh kita. Selain itu, masih ada efek buruk
lainnya yang bisa kamu simak di sini (Akibat Kurang Tidur)
·
Kebiasaan Merokok
Biasanya orang hanya tahu merokok hanya dapat membahayakan jantung,
paru-paru, kehamilan dll. Namun, tanpa kamu sadari, merokok juga bisa merusak
organ pankreas dan hati kamu. Padahal hormon insulin yang berkaitan langsung
dengan diabetes ini diproduksi langsung di dalam kelenjar pankreas.
·
Stress atau depresi
Penyebab diabetes mellitus tidak hanya
disebabkan karena makanan gula saja. Faktor psikologis seperti stress pun
menjadi salah satu penyebabnya. Penelitian dari Harvard School of Public Health
pun menyebutkan bahwa wanita yang depresi, presentase untuk terkena diabetes
adalah 17 %.
4.
Hipertiroid
Kelebihan yodium di dalam tubuh dikenal juga
sebagai hipertiroid. Hipertiroid terjadi karena kelenjar tiroid terlalu aktif
memroduksi hormon tiroksin. Biasanya ditandai gejala mudah cemas, lemah,
sensitif terhadap panas, sering berkeringat, hiperaktif, berat badan menurun,
nafsu makan bertambah, jari-jari tangan bergetar, jantung berdebar-debar, bola
mata menonjol serta denyut nadi bertambah cepat dan tidak beraturan.Untuk
memenuhi kecukupan yodium sebaiknya di dalam menu sehari-hari sertakan bahan
bahan pangan yang berasal dari laut. Kebutuhan yodium perhari sekitar 1-2
mikrogram per kg berat badan. Kecukupan yang dianjurkan sekitar 40-120
mikrogram/ hari untuk anak sampai umur 10 tahun, 150 mikrogram/ hari untuk
orang dewasa. Untuk wanita hamil dan menyusui dianjurkan tambahan masing-masing
25 mikrogram dan 50 mikrogram/ hari.
5.
Stroke
ü Pengertian
Stroke
Stroke adalah serangan otak yang timbulnya
mendadak akibat tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak. Dengan kata lain
penyakit stroke ini merupakan penyakit pembuluh darah otak (serebrovaskuler)
yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) hal ini
disebabkan karenakan adanya penyumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh
darah menuju otak sehingga pasokan darah dan oksigen ke otak berkurang dan
menimbulkan serangkaian reaksi biokimia yang akan merusakkan atau mematikan
sel-sel saraf otak.
Jumlah penderita stroke di Indonesia semakin
meningkat tiap tahunnya. Pada akhir tahun 2012 lalu, sebuah lembaga mencatat
telah terjadi sekitar 500.000 kasus penderita stroke dengan angka 12.500 orang
meninggal akibat penyakit tersebut. Sementara sisanya mengalami cacat, baik
ringan maupun berat. Karena itu pengobatan awal serta pencegahan menjadi perang
penting dalam memerangi stroke. Penyebab stroke
Ada dua faktor yang
merupakan penyebab stroke yaitu resiko medis dan resiko perilaku
1. Faktor risiko medis
Faktor resiko medis
yang menyebabkan atau memperparah stroke antara lain hipertensi (penyakit
tekanan darah tinggi), kolesterol, arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah),
gangguan jantung, diabetes, riwayat stroke dalam keluarga (faktor keturnan) dan
migren (sakit kepelah sebelah). Menurut data statistik 80% pemicu stroke adalah
hipertensi dan arteriosklerosis.
2. Faktor risiko perilaku
Faktor resiko perilaku disebakan
oleh gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok,
menkonsumsi minuman bersoda dan beralkohol gemar mengkonsumsi makanan cepat
saji (fast food dan junk food). Faktor resiko perilaku lainnya adalah kurangnya
aktifitas gerak / olah raga dan obesitas. Salah satu pemicunya juga adalah
susasana hati yang tidak nyaman seperti sering marah tanpa alasan yang jelas.
ü Gejala Serangan Stroke
Pada tingkat awal, masyarakat, keluarga dan setiap orang harus memperoleh
informasi yang jelas dan meyakinkan bahwa stroke adalah serangan otak yang
secara sederhana mempunyai lima tanda-tanda utama yang harus dimengerti dan
sangat difahami. Hal ini penting agar semua orang mempunyai kewaspadaan yang
tinggi terhadap bahaya serangan stroke.
Tanda-tanda utama serangan stroke :
·
Rasa bebal atau mati
mendadak atau kehilangan rasa dan lemas pada muka, tangan atau kaki, terutama
pada satu bagian tubuh saja
·
Rasa bingung yang
mendadak, sulit bicara atau sulit mengerti
·
Satu mata atau kedua
matamendadak kabur
·
Mendadak sukar
berjalan, terhuyung dan kehilangan keseimbangan
·
Mendadak merasa pusing
dan sakit kepala tanpa diketahui sebab musababnya
Selain itu harus dijelaskan pula kemungkinan munculnya tanda-tanda ikutan
lain yang bisa timbul dan atau harus diwaspadai, yaitu;
1. Rasa mual, panas dan sangat sering muntah-muntah
2. Rasa pingsan mendadak, atau merasa hilang kesadaran secara mendadak
2.4 Penatalaksanaan kelebihan asupan energy dan protein
Tujuan pengobatan obesitas adalah menghambat
laju kenaikan berat badan yang pesat dan tidak boleh diet terlalu
ketat.Sehingga pengaturan dietnya harus dipertimbangkan bahwa anak masih dalam
masa pertumbuhan sesuai tingkat usianya
Mengingat penyebab
obesitas bersifat multifaktor, maka penatalaksanaan obesitasseharusnya
dilaksanakan secara multidisiplin dengan mengikut sertakan keluarga dalam
proses terapi obesitas. Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi
asupan energi serta meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet
dan peningkatan aktivitas fisik
a. Pengaturan diet
Prinsip
pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan Recommended
Dietary AllowanceDalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang
(RDA), hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan
(Syarif, 2003). Intervensi diet harus disesuaikan dengan usia anak, derajat
obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta. Pada obesitas sedang dan tanpa
penyakit penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori dengan pengurangan
asupan kalori sebesar 30%. Sedang pada obesitas berat (IMT > 97 persentile)
dan yang disertai penyakit penyerta, diberikan diet dengan kalori sangat rendah
(very lowcalorie diet
Menurunkan berat badan dengan
tetap mempertahankan pertumbuhan normal
Diet seimbang dengan komposisi
karbohidrat 50-60%, lemak 20-30% dengan lemak jenuh < 10% dan protein 15-20%
energi total serta kolesterol < 300 mg per hari (Syarif, 2003)
b. Pengaturan aktivitas fisik
Peningkatan
aktivitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme.Latihan fisik yang
diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik dan
umurnya.Aktivitas fisik untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat yang menggunakan
keterampilan otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan
untuk melakukan aktivitas fisik selama 20-30 menit per hari
c. Peran serta orang tua, anggota keluarga, teman dan guru
Orang tua
menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai petunjuk ahli
gizi.Anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi dalam program diet,
mengubah perilaku makan dan aktifitas yang mendukung program diet.
B. Pencegahan Akibat kelebihan
Asupan energy dan protein
Pencegahan obesitas pada saat remaja
penting diantisipasi sejak bayi.Untuk mencegah obesitas pada masa bayi
tersebut, perlu diperhatikan hal-hal dibawah ini:
a. Setiap bayi dianjurkan untuk diberi ASI
saja paling sedikit sampai 4-6 bulan
b. Pemberian makanan padat mulai diberikan
sekitar 4-6 bulan
c. Penyuluhan tentang kebutuhan diet bayi,
percepatan pertumbuhan bayi
d. Biasakan mengukur BB dan TB secara
rutin sekali dalam sebulan (menggunakan KMS)
e. Evaluasi kualitas pengasuhan anak,
menganjurkan/membiarkan anak bergerak bebas, aktifitas fisik merupakan faktor
pencegahan obesitas
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Gizi lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara
konsumsi energi dan pengeluaran energi. Gizi lebih dibagi menjadi dua golongan
yaitu overweight dan obesitas. Obesitas adalah kelebihan berat badan yang
berasal dari lemak sedangkan overweight lebih mengacu pada kelebihan berat
badan dibandingkan dengan standar normal. Prevalensi obesitas berkaitan dengan
interaksi faktor lingkungan seperti asupan energi, aktifitas fisik, faktor
genetik serta umur.
Faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas adalah pola
makan, karakteristik individu, hereditas, psikologi, aktivitas fisik dan gaya
hidup. Dari hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut yang paling
berhubungan dengan kejadian obesitas sentral adalah pola makan yaitu asupan
karbohidrat yang berlebihan.
Daftar Pustaka
http
:// sjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/32096871.pdf
http
://patologi%20presentasi/PATOFISIOLOGI%20NUTRISI%20Tugas%20Makalah.htm
http://
Waspadai Kelebihan Gizi Pada Anak
Sehat Readersdigest.co.id.htm
No comments:
Post a Comment