“ye
yatha mam prapadyante tams tathai’va bhajamy aham,
Mama vartmanuvartante manuusyaa partha
sarvasaa”.
Terjemahanya
:
“bagaimanapun (jalan)
manusia mendekati-Ku,
Aku terima, wahai Arjuna, manusia mengikuti
jalan-Ku
Pada segala jalan”. (Bhagavad Gita. IV. 11)
Perenungan
“nakis
pam karmana nasat
Bhadrad adhi sreyah prehi”.
Terjemahannya
:
“Tak seorang pun bisa
mencapai Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Agung melalui tindakan/ perbuatan. Dia
dibayangkan/divisualisasikan dengan sarana pengetahuan
Semoga engkau lebih
menyukai jalan kerohanian daripada jalan keduniawian (materialism)”. (Atharvaveda XX. 92. 18 – VII. 8. 1)
Memahami
teks
Berdasarkan bunyi sloka diatas kita tahu betapa Sang Hyang
Widhi menemui tiap orang yang memohon karunia-Nya dan menerima mereka menempuh
jalan-Nya. Tuhan tidak menghapus harapan tiap-tiap orang yang tumbuh menurut kodratnya,
dan tidak berat sebelah/pilih kasih.
Agama hindu mengajarkan kepada umatnya untuk meyakini Sang
Hyang Widhi beserta manifestsi yang ada di mana-mana. Oleh karena itu Sang
Hyang Widhi dapat dipuja dimana saja, dan dengan cara bagaimana pun juga sesuai
petunjuk kitab sucinya.
Dalam kitab Agastya
Parwa, disebutkan cara berhubungan dengan Sang Hyang Widhi sebagai berikut.
“. . . lewih tekao tapa
sakio yajna, Lewih tekao yajna sakeo kirti, ikao tigao siki prawapti-kadharma
ika, Kunao ikao yoga yeka niwapti kadharma oaranya.”
Terjemahannya
:
“. . . adapun keutamaan
daripada tapa atau pengendalian diri munculnya atau tumbuhnya dari yajna atau
persembahyangan atau pemujaan, sedangkan keutamaan daripada yajna atau
persembahyangan pemujaan munculnya dari kirti atau kerja/ pengabdian,
demikianlah ketiganya itu disatukan yang disebut dengan prawrtti-kadharman,
tetapi mengenai ajaran yoga itu disebut dengan Niwrtti-kadharman.”
Berdasarkan
penjelasan sloka diatas yang dimaksud dengan kata Niwrtti Marga adalah suatu
jalan atau cara yang utama untuk mewujudkan rasa bhakti ke hadapan Sang Hyang
Widhi Wasa dengan wujud tekun melakukan yoga dan Samadhi. Sedangkan Prawrtti
Marga adalah suatu jalan atau cara yang utama untuk mewujudkan rasa bhakti ke
hadapan Sang Hyang Widhi dengan tekun melakukan tapa, yajna, dan kirti.
Perenungan
“Sarve asmin deva ekasvrto bhavanthi”
Terjemahannya
:
“Di
dalam-Nya semua Dewata menunggal” (Atharva Veda XIII. 4. 21)
Memahami
Teks :
Niwrtti Marga dapat dilaksanakan dengan menekuni ajaran
Yoga Marga. Yoga marga adalah suatu usaha untuk menghubungkan diri dengan Sang
Hyang Widhi Wasabeserta manifestasi-Nya. Kitab Bhagavad Gita menyebutkan sebagai berikut.
“yada hi ne ndriyarrtheshu na karmasy anushajjate,
Sarva saokalpa saonyasi yogaruohas tado’chyate”
(Bhagavad Githa.
VI. 4. )
Terjemahannya
:
“Bila
ia merasa bebas sungguh-sungguh dari ikatan objek panca indra dan kerja, dan membuang segala maksud-keinginan maka dikatakan
mencapai yoga”.
Seseorang bisa disebut sebagai yogi, jika
mereka sudah dengan teguh melaksanakan kesatuan (memuja/sembahyang) kehadapan
ISHWW. Upaya dalam mewujudkan pelaksanaan Niwrtti Marga, penerapannya dapat
dilaksanakan melalui “Yoga Marga” dan “Samadhi”. Yoga mengajarkan pengendalian
diri untuk mengarahkan pikiran agar dapat bersatu dengan Sang Hyang Widhi.
Orang
yang sudah dapat melaksankan ajaran yoga dengan sungguh-gungguh disebut Yogin.
Sudah menjadi suatu kebiasaan bagi seorang yogi untuk mengendalikan
pikiran-pikirannya agar selalu jernih. Kitab Pantanjali Sutra, menyebutkan sebagai berikut.
“Yogaccitta
vrtti nirodhah”. (Yoga Sutra I. 1)
Terjemahannya
:
“Yoga adalah pengendalian gelombang-gelombang pikiran
dalam alam pikiran”.
Gelombang-gelombang pikiran yang
diuraikan di sloka diatas harus di kendalikan. Yoga mengajarkan pengendalian
diri untuk menjernihkan pikiran serta membebaskan ikatan atau belenggu suka
-duka yang bersifat duniawi, yang ada pada setiap diri manusia. Ajaran “Yoga”
dapat menuntun manusia secara bertahap mengendalikan dirinya untuk dapat
menguasai pikirannya dan akhirnya sampai mencapai ketenangan pada Sang Hyang
Widhi. Pelaksanaan Yoga terdiri dari delapan tahapan, yang disebut dengan
“Astangga Yoga” sebagian disebutkan sebagai berikut.
“yama nyamasana pranayama pratiahara,
Darana dhyana samadhyc stavanggani”.
(Yoga Sutra II. 29)
Terjemahannya
:
“yama
nyamasana pranayama pratiahara, darana dhyana Samadhi”.
Dengan demikian Astangga Yoga dapat
diartikan sebagai “delapan bagian yoga”. Adapun bagian-bagiannya yaitu sebagai
berikut.
1.
Yama ialah pengendalian diri dari tahap
perbuatan jasmani.
2.
Nyama ialah pengendaian diri dari diri
yaitu tahap rohani.
3.
Asana ialah sikap duduk.
4.
Pranayama ialah pengendalian prana/
pernafasan.
5.
Pratyahara adalah penarikan pikiran dari
objek.
6.
Dharana adalah pemusatan pikiran
7.
Dhyana adalah meditasi
8.
Samadhi adalah luluhnya pikiran dengan
Atman.
“Ahimsa,
satyastya, Teyabrahmacarya, parigraha, yamah.” (Yoga Sutra II. 30)
Terjemahannya
:
“Ahimsa,
satyastya, brahmacari, aparigraha,
semuanya ini adalah yama”.
Keterangan
diatas menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan “Panca Yama” terdiri dari beberapa hal seperti dibawah ini.
1. Ahimsa
artinya tidak menyakiti semua makhluk hidup
2. Brahmacari
artinya masa belajar mencari pengetahuan
3. Satya
artinya setia, berperilaku jujur dalam kehidupan
4. Apari
artinya tidak serakah, tidak mementingkan diri sendiri
5. Asetya
artinya tidak mencuri, tidak korupsi, tidak mengambil hal orang lain.
“Anrsamsyam
ksama satyamahinsa dama arjawan pritih prasado, madhuryam madarwam ca yama
dasa. Nyang brata ikang inaranan yama, prayate kanya nihan, sapuluh kwehnya,
anrsangsya, ksama, satya, ahimsa, dama, arjawa, prtti, prasada, madhurya,
madarwa, nahan pratuakanya sapuluh, anrcangsya, siharimba, tan swartha kewala,
ksama, si kelan ring panastik, satya, si tan mrsawada, ahingse, manukhe sarwa
bhawa; dama, si upacama wruh mituturi manahny, arjawa, si duga-duga bener,
pritti, si gong karuna, prasada, heningning, manah, madhurya, manishing wulat
lawan wuwus, mardawa, posning manah. “ (Sarascamuscaya.
259)
Terjemahannya
:
“Inilah
brata yang disebut yama, perinciannya demikian,; amrcangsya, ksama, satya,
ahimsa, dama, arjawa, prtti, prasada, madhurya, mardawa, sepuluh banyaknya,
anrcangsya yaitu harimbawa tidak mementingkan diri sendirisaja, ksama, tahan
akan panas dan dingin, satya, yaitu tdak berbohong; ahingsa, berbuat bahagianya
makhluk; dama, sabar, serta dapat menasehati diri sendiri, arjawa adalah tulus
hati, berterus terang; prtti yaitu sangat welas asih, prasada, kejernihan hati,
madhurya, manisnya pandangan (muka manis) dan manis perkataan; mardhawa,
kelembutan hati.”
Sloka
diatas dapat dipergunakan sebagai sadhana untuk melaksanakan Niwrtti Marga
untuk tahap pertama. Ada 10 macam tahapan yang mesti dilaksanakan, disebut “Dasa
Yama” terdiri atas beberapa hal berikut ini.
1.
Anrcangsya artinya tidak mementingkan
diri sendiri
2.
Ksama adalah tahan akan panas dingin
3.
Satya adalah tidak berdusta
4.
Ahimsa adalah membahagiakan semua
makhluk
5.
Dama artinya sabar, dapat menasehati
diri sendiri
6.
Arjawa yaitu tulus hati
7.
Priti adalah sangat welas kasih
8.
Prasada adalah jernih hati
9.
Madhurya adalah manisnya pandangan dan
perkataan
10.
Mardawa adalah lembut hati.
“sauca santosa tapah svadhayesvara pranidhannani
niyamah.”
Terjemahannya
:
“sauca, santosa, swadhyaya, dan iswara pranidhana,
semuanya ini adalah nyama.”
Dari penjelasan kitab Yoga Sutra Patanjali
tersebut, dapat dinyatakan bahwa bagian-bagian dari Nyama ini ada 5 yang
disebut dengan “Panca Nyama”, masing-masing dibagiannya adalah seperti berikut
ini.
1.
Cauca artinya suci lahir batin
2.
Santosa artinya kepuasan
3.
Tapa artinya pengekangan diri
4.
Swadhyaya artinya belajar
5.
Iswarapranigraha artinya bhakti kepada
Sang Hyang Widhi.
Kitab Sarasamuscaya menyebutkan sebagai
berikut.
“Danamijya
tapo dhyana Swadhayayopasthanigrahah, Wratopawasa maunam ca ananam Ca niyama
daca. Nyang brata sapuluh kwehnya, ikang nyama ngaranya, pratyekadana, ijaya,
tapa, dhyana swadhyaya, upasthanigraha, brata upawasa, mauna, snana, nahan ta
wakning nyama, danaweweh, annadanadi, ijya, dewapuja, pitrpujadi, tapa,
kayasangcosana, kasatan ikang sarira, bhucarya, jalatyagadi; dhyana, ikang
siwasmarana, swadhaya, wedabhyasa, upastanigraha, khartaning upasta, brata
anawarjadi, maun, wacangyama, khartaning ujar, haywekecek, kuneng, snana,
trisandyaswana, madyusa ring kalaning sadhya.” (Sarascamuscaya, 260)
Terjemahan
:
“Inilah
brata sepuluh yang disebut nyama, yang perinciannya adalah dana, ijya, tapa,
dhyana, swadhyaya, upasthanigraha, brata, upawasa, mona, stana. Itulah yang
merupakan nyama; dana, pemberian; pemberian makanan, minuman dan lain-lain,
ijya, pujaan kepada dewa, kepada leluhur, dan lain-lain; tapa, adalah
pengekangan nafsu jasmaniah, badan yang seluruhnya kurus, kering, layu,
berbaring diatas tanah, diatas air, dan di atas alas-alas lain sejenis
itu; dhyana, merenungkan DEwa Siwa;
swadhyaya, mempelajari weda; upasthanigraha, pengekangan, upastha, singkatnya
pengendalian nafsu syahwat; brata, pengekangan nafsu terhadap makanan; mona,
misalnya tidak bicara atau tidak bicara sama sekali, tidak bersuara; snana, Tri
Sandhya sewana, melakukan Tri Sandhya, mandi membersihkan diri pada waktu
melakukan Tri Sandhya.”
Dalam
kitab Sarascamuscaya, disebutkan ada sepuluh macam nyawa yang disebut “Dasa
Nyama”. Adapun bagian-bagian dari “Dasa Nyama” tersebut terdiri atas hal-hal
berikut.
a.
Dana artinya pemberian makanandan
minuman dan lain-lainnya.
b.
Ijya artinya pujaan kepada Dewa,
Leluhur, dan lain-lain pujaan sejenis itu
c.
Tapa artinya pengekangan hawa nafsu
jasmani
d.
Dhyana artinya merenung memuja Dewa Siwa
e.
Swadhyaya artinya mempelajari Veda
f.
Upasthanigraha artinya pengekangan nafsu
syahwat
g.
Brata artinya pengekangan nafsu terhadap
makanan
h.
Upawasa artinya pengekangan diri
i.
Mona artinya tidak bersuara
j.
Snana artinaaya melakukan pemujaan
dengan Tri Sandhya.
No comments:
Post a Comment