PENDAHULUAN ;
A. Latar Belakang
Potensi
timbulnya konflik akibat keberagaman budaya sangat mungkin terjadi dan ini akan
bisa menimbulkan perpecahan bangsa atau disintregasi bangsa. Untuk menyatukan
adanya perbedaan – perbedaan harus ada alat kesatuan bangsa. Selain lambang
negara burung Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Bendera
Merah Putih juga merupakan alat pemersatu bangsa. Setia pada Pancasila dan
Bendera Merah Putih dapat menghilangkan adanya perbedaan – perbedaan yang ada
karena kita adalah satu bangsa, yaitu Indonesia.
Dalam
prakteknya kehidupan bernegara dan bermasyarakat, konflik akibat adanya
perbedaan bisa saja terjadi dalam masyarakat yang seba multikultural jika
perbedaan itu tidak dilandasi dengan saling menghormati dan menghargai, serta
masing – masing menuruti egonya. Masih bisa kita ingat peristiwa Sambas,
peristiwa Ambon, peristiwa Makassar, peristiwa Papua, dan sebagainya. Secara
umum masalah – masalah yang bisa timbul akibat keberagaman budaya adalah Primordialisme,
konflik dan Integrasi Bangsa, Integrasi Nasional, dan Stereotif Etnis (suku
bangsa).
Apabila konflik
sosial merupakan hasil proses sosial yang bersifat negatif, maka integrasi
sosial dan nasional dapat diartikan sebagai proses sosial yang positif, yaitu
suatu proses bersatunya unsur – unsur sosial budaya yang berbeda untuk mencapai
keserasian fungsi dalam kehidupan masyarakat. Bila ditinjau dari asal katanya,
integrasi berasal dari kata latin integral artinya memberi tempat dalam suatu
keseluruhan. Dari kata kerja integritas artinya keutuhan atau kebulatan.
Jadi integrasi
diperlukan karena adanya unsur – unsur yang berbeda, sedang tujuan yang hendak
dicapai adalah keserasian fungsi agar terhindar dari perpecahan / percekcokan /
permusuhan untuk mencapai perdamaian. Integrasi sosial / nasional dibutuhkan
dalam kehidupan suatu bangsa / negara di Indonesia karena tercapainya perbedaan
– perbedaan dalam negara Indonesia yang tercermin dalam Bhinneka (Kebhinnekaan
Masyarakat Indonesia) tetapi tunggal ika (terwujudnya kesatuan).
Integrasi
nasional dapat terwujud apabila seluruh anggota masyarakat mampu mengendalikan
prasangka yang ada sehingga tidak terjadi adanya konflik dan adanya kesadaran
dari seluruh warga negara untuk hidup bersatu dalam NKRI.
PEMBAHASAN
:
ALTERNATIF
PEMECAHAN MASALAH YANG DITIMBULKAN KEANEKARAGAMAN
1. Asimilasi
Merupakan suatu proses melalui mana seorang meninggalkan tradisi budaya mereka sendiri untuk menjadi bagian budaya yang berbeda. Melalui asimilasi, kelompok-kelompok etnis yang berbeda secara berhadap dapat mengadopsi budaya dan nilai-nilai yang ada dalam kelompok besar masyarakat.
2. Self-Segregation ( Penisahan Diri )
Merupakan kebalikan dari asimilasi, ketika suatu kelompok etnis mengasingkan diri dari kebudayaan mayoritas. Dengan mengasingkan diri, interaksi antar kelompok menjadi sedikit sekali, atau bahkan tidak ada sehingga potensi timbulnya konflik antar kelompok-kelompok tersebut menjadi kecil.
3. Integrasi
Merupakan suatu keadaan ketika kelompok-kelompok etnis yang semula nerbeda-beda mulai beradaptasi dan bersikap konformitas terhadap kebudayaan mayoritas yang ada di dalam masyarakat.
4. Pluralisme
Merupakan suatu masyarakat dimana kelompok-kelompok subordinatif tidak harus mengorbangkan gaya hidup dan tradisi mereka , bahkan memiliki pengaruh terhadap kebudayaan masyarakat secara keseluruhan.
Merupakan suatu proses melalui mana seorang meninggalkan tradisi budaya mereka sendiri untuk menjadi bagian budaya yang berbeda. Melalui asimilasi, kelompok-kelompok etnis yang berbeda secara berhadap dapat mengadopsi budaya dan nilai-nilai yang ada dalam kelompok besar masyarakat.
2. Self-Segregation ( Penisahan Diri )
Merupakan kebalikan dari asimilasi, ketika suatu kelompok etnis mengasingkan diri dari kebudayaan mayoritas. Dengan mengasingkan diri, interaksi antar kelompok menjadi sedikit sekali, atau bahkan tidak ada sehingga potensi timbulnya konflik antar kelompok-kelompok tersebut menjadi kecil.
3. Integrasi
Merupakan suatu keadaan ketika kelompok-kelompok etnis yang semula nerbeda-beda mulai beradaptasi dan bersikap konformitas terhadap kebudayaan mayoritas yang ada di dalam masyarakat.
4. Pluralisme
Merupakan suatu masyarakat dimana kelompok-kelompok subordinatif tidak harus mengorbangkan gaya hidup dan tradisi mereka , bahkan memiliki pengaruh terhadap kebudayaan masyarakat secara keseluruhan.
SIKAP KRITIS TOLERANSI, DAN EMPATI
TERHADAP HUBUNGAN KEANEKARAGAMAN
DAN PERUBAHAN SOSIAL
Sikap kritis yang harus dikembangkan dalam masyarakat antara lain :
1. Mengembangkan sikap saling mengahrgai ( toleransi ) nilai-nilai dan norma sosial yang berbeda-beda.
2. Meningkatkan sikap primordialisme, terutama yang menjurus pada sikap etnosentrisme ekstrimisme ( berlebih-lebihan).
3. Menegakkan supermasi hukum, artinya bahwa suatu peraturan formal harus berlaku pada semua warga negara tanpa memandang kedudukan sosial, ras, etnis, dan agama yang mereka anut.
4. Mengembangkan rasa nasionalisme terutama melalui penghayatan wawasan berbangsa dan bernegara namun menghindarkan sikap chauvinisme yang akan mengarah pada sikap ekstrim dan menutup diri akan perbedaan kepentingan dengan masyarakat yang berada di negara-negara lain.
5. Menyelesaikan semua konflik dengan cara yang akomodatif melalui mediasi, kompromi, dan adjudikatif.
6. Mengembangkan kesadaran sosial dan menyadari peranan bagi penyelenggara keanekaragaman secara formal.
Toleransi sosial adalah sikap yang menghargai perbedaan-perbedaan sosial yang terdapat dalam masyarakat. Sedangkan empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya sama dengan orang atau kelompok lain. Jadi empati sosial adalah suatu keadaan ketika seseorang berusaha memahami perbedaan-perbedaan sosial yang ada dalam masyarakat dengan cara menempatkan dirinya sebagai individu atau kelompok yang berbeda tersebut.
TERHADAP HUBUNGAN KEANEKARAGAMAN
DAN PERUBAHAN SOSIAL
Sikap kritis yang harus dikembangkan dalam masyarakat antara lain :
1. Mengembangkan sikap saling mengahrgai ( toleransi ) nilai-nilai dan norma sosial yang berbeda-beda.
2. Meningkatkan sikap primordialisme, terutama yang menjurus pada sikap etnosentrisme ekstrimisme ( berlebih-lebihan).
3. Menegakkan supermasi hukum, artinya bahwa suatu peraturan formal harus berlaku pada semua warga negara tanpa memandang kedudukan sosial, ras, etnis, dan agama yang mereka anut.
4. Mengembangkan rasa nasionalisme terutama melalui penghayatan wawasan berbangsa dan bernegara namun menghindarkan sikap chauvinisme yang akan mengarah pada sikap ekstrim dan menutup diri akan perbedaan kepentingan dengan masyarakat yang berada di negara-negara lain.
5. Menyelesaikan semua konflik dengan cara yang akomodatif melalui mediasi, kompromi, dan adjudikatif.
6. Mengembangkan kesadaran sosial dan menyadari peranan bagi penyelenggara keanekaragaman secara formal.
Toleransi sosial adalah sikap yang menghargai perbedaan-perbedaan sosial yang terdapat dalam masyarakat. Sedangkan empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya sama dengan orang atau kelompok lain. Jadi empati sosial adalah suatu keadaan ketika seseorang berusaha memahami perbedaan-perbedaan sosial yang ada dalam masyarakat dengan cara menempatkan dirinya sebagai individu atau kelompok yang berbeda tersebut.
LANGKAH-LANGKAH PENANGANAN SOSIAL BUDAYA
MENUJU INTEGRASI
1. Mengembangkan Konsensus
Konsensus adalah kesepakatan bersama antara anggota-anggota sejumlah kelompok atau masyarakat tertentu.
2. Mengembangkan peran struktur masyarakat
Perlu dikembangkan peran struktur masyarakat yang bersifat saling menyilang ( cross- cutting ciffiliations ). Perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama, daerah, dan pelapisan sosial yang saling silang menyilang satu sama lain akan menghasilkan suatu keanggotaan yang bersifat silang-menyilang pula.
3. Upaya pemerintah menciptakan integrasi
Upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk menciptakan dan mepertahankan integrasi di Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Melakukan perpindahan penduduk secara terprogram melaluio transmigrasi, khususnya dari Jawa, Bali dan Madura ke berbagai pulau di Indonesia yang di pandang masih jarang penduduknya dan memiliki potensi ekonomi yang besar.
b. Membuka daerah-daerah yang terisolir melalui pembangunan sarana transportasi dan komunikasi di darta, laut dan udara.
c. Menerapkan otonomi daerah
d. Pemerataan pendidikan merupakan lengkah yang strategia, sebab melalui pendidikan akan di tanamkan sikap-sikap positif seperti toleransi, kerjasama, demokrasi dan nilai-nilai agama.
e. Pemerataan pembangunan di antaranya dengan membangun zona ekonomi.
f. Mendirikan sarana masyarakat sampai ke pelosok
MENUJU INTEGRASI
1. Mengembangkan Konsensus
Konsensus adalah kesepakatan bersama antara anggota-anggota sejumlah kelompok atau masyarakat tertentu.
2. Mengembangkan peran struktur masyarakat
Perlu dikembangkan peran struktur masyarakat yang bersifat saling menyilang ( cross- cutting ciffiliations ). Perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama, daerah, dan pelapisan sosial yang saling silang menyilang satu sama lain akan menghasilkan suatu keanggotaan yang bersifat silang-menyilang pula.
3. Upaya pemerintah menciptakan integrasi
Upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk menciptakan dan mepertahankan integrasi di Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Melakukan perpindahan penduduk secara terprogram melaluio transmigrasi, khususnya dari Jawa, Bali dan Madura ke berbagai pulau di Indonesia yang di pandang masih jarang penduduknya dan memiliki potensi ekonomi yang besar.
b. Membuka daerah-daerah yang terisolir melalui pembangunan sarana transportasi dan komunikasi di darta, laut dan udara.
c. Menerapkan otonomi daerah
d. Pemerataan pendidikan merupakan lengkah yang strategia, sebab melalui pendidikan akan di tanamkan sikap-sikap positif seperti toleransi, kerjasama, demokrasi dan nilai-nilai agama.
e. Pemerataan pembangunan di antaranya dengan membangun zona ekonomi.
f. Mendirikan sarana masyarakat sampai ke pelosok
Alternatif Pemecahan Masalah Keragaman Budaya
Beberapa alternative penyelesaian masalah dalam menghadapi keragaman budaya,
diantaranya sebagai berikut :
1. Menggali dan mengembangkan budaya etnis melalui
kegiatan pendidikan budaya kepada seluruh masyarakat.
2. Memperbaiki kebijakan pemerintah dalam pemerataan
pembangunan. 3. Penanaman sikap toleransi dan empati sosial.
Alternatif Penyelesaian Masalah Keberagaman diIndonesia
Berbagai persoalan
yang timbul akibat keberagaman budaya bangsa
Indonesia yang plural dan majemuk ini memerlukan sebuah
model
penyelesaian yang dapat diterima oleh semua pihak sehingga
konflik
sosial yang selama ini berkembang dapat diminimalkan. Sebuah
masyarakat yang memiliki karakteristik heterogen pola
hubungan sosial
antarindividunya di dalam masyarakat, harus mampu
mengembangkan
sifat toleransi dan menerima kenyataan untuk hidup
berdampingan secaradamai satu sama lain dengan menerima setiap
perbedaan-perbedaan yang melekat pada keberagaman budaya bangsa. Oleh karena
itu, diperlukan sebuah konsep yang mampu mewujudkan situasi dan kondisi sosial
yang penuh kerukunan dan perdamaian meskipun terdapat kompleksitas perbedaan.
Kebesaran kebudayaan suatu bangsa terletak pada kemampuannya untuk menampung
berbagai perbedaan dan keanekaragaman kebudayaan dalam sebuah kesatuan yang
dilandasi suatu ikatan kebersamaan.Salah satu pengembangan konsep toleransi
terhadap keberagaman budaya adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang multicultural
dengan bentuk pengakuan dan toleransi, terhadap perbedaan dalam kesetaraan
individual maupun secara kebudayaan. Dalam masyarakat multikultural, masyarakat
antarsuku bangsa dapat hidup berdampingan, bertoleransi, dan saling menghargai.
Nilai budaya tersebut bukan hanya merupakan sebuah wacana, tetapi harus dijadikan
pedoman hidup dan Ciri khas masyarakat majemuk seperti keanekaragaman suku
bangsa telah menghasilkan adanya potensi konflik antarsuku bangsa dan antara pemerintah
dengan suatu masyarakat suku bangsa. Potensi-potensi konflik tersebut merupakan
permasalahan yang ada seiring dengan sifat suku bangsa yang majemuk. Selain
itu, pembangunan yang berjalan selama ini menimbulkan dampak berupa terjadinya
ketimpangan regional (antara Pulau Jawa dengan luar Jawa), sektoral (antara
sektor industry dengan sektor pertanian), antarras (antara pribumi dan
nonpribumi), dan antarlapisan (antara golongan kaya dengan golongan miskin). nilai-nilai
etika dan moral dalam perilaku masyarakat Indonesia. Dalam prinsip
multikulturalisme
ini penegakan prinsip-prinsip demokrasi menjadi tujuan utama
nilai-nilai
sosial. Dalam melaksanakan prinsip demokrasi terdapat
beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi. Pertama, sistem negara
menganut
prinsip demokrasi partisipatif. Dalam sistem demokrasi
partisipatif,
hukum adalah supremasi tertinggi dengan tidak memihak pada
kelompok tertentu. Semua kelompok masyarakat, baik mayoritas
atau
minoritas, kaya atau miskin dikendalikan melalui
prinsip-prinsip
hukum yang objektif. Kedua, adanya distribusi pendapatan dan
sarana
ekonomi yang relatif merata. Artinya, tidak terjadi
ketimpangan sosial
ekonomi antarlapisan, golongan, dan daerah. Oleh karena itu,
dapat
disimpulkan bahwa faktor ekonomi dan politik sangat penting
dalam
mengelola masyarakat majemuk tersebut.
Selain itu, alternatif penyelesaian keberagaman budaya yang
ada di
Indonesia dilakukan melalui interaksi lintas budaya dengan
mengembangkan media sosial, seperti pengembangan
lambang-lambang
komunikasi lisan maupun tertulis, norma-norma yang
disepakati dan
diterima sebagai pedoman bersama, dan perangkat nilai
sebagai kerangka acuan bersama. Sebenarnya interaksi lintas budaya bagi
masyarakat Indonesia yang tersebar di Kepulauan Nusantara bukan merupakan hal yang
baru. Jauh sebelum kedatangan orang Eropa, mobilitas penduduk di Kepulauan Nusantara
tersebut cukup tinggi yang tercermin dalam toponomi perkampungan suku bangsa
atau golongan sosial perkotaan di Indonesia. Gejala tersebut bukan hanya
membuktikan betapa tingginya Berdasarkan pola-pola pemukiman yang tercermin
dalam toponomi perkampungan suku bangsa terdapat pola pembagian kerja yang
cukup rapi antara anggota suku bangsa dan golongan sosial yang membentuk corporate
group perkotaan Indonesia di masa lampau. Pembagian kerja
atau spesialisasi yang menjadi sumber mata pencaharian yang
ditekuni
oleh masing-masing kelompok suku bangsa atau golongan sosial
tersebut telah mendorong mereka untuk mendirikan perkampungan yang
memberikan kesan eksklusif. Walaupun perkampungan eksklusif
kesukuan ataupun golongan tersebut kini telah berkurang (survival),
namun dalam perkembangan di perkotaan nampak adanya
kecenderungan para pendatang baru untuk hidup berkelompok dalam suatu perkampungan.
Hal ini didorong oleh adanya kesamaan profesi.
Misalnya, di kota Surakarta terdapat perkampungan batik
Laweyan,
perkampungan Islam Kauman atau perkampungan pecinan.
mobilitas penduduk di masa lampau, melainkan juga
mencerminkan adanya pola-pola interaksi sosial lintas budaya.
KESIMPULAN
;
Masalah konflik antara etnis sangat diperlukan
penanganan indivudual dengan cepat, tepat, dan tegas supaya masalah konflik
individual tidak merambat menjadi konflik sosial. Diperlukan sikap dasar budaya
sendiri hanya akan memperkuat dinding pemisah antar golongan. Sudah saatnya
setiap warga masyarakat bersikap terbuka dan mau menerima kebudayaan orang
lain. Nilai-nilai positif dari budaya orang lain harus kita timba dan pelihara
demi kepentingan dan kemajuan bersama.
Saran :
Menurut saya
“ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH YANG DITIMBULKAN KEANEKARAGAMAN” Sangat beragam hal
yang paling simple dilakukan yaitu dari diri sendiri , kita bisa memecahkan
masalah yang ada di kalangan masyarakat
. jika tidak, kita bisa memecahkan masalah dengan cara Holistik(mencari akar
dari permasalahan secara mendalam)
dengan ini kita bisa tau masalah yg terjadi akibat keanekaragaman di Indonesia
khususnya dan kita bisa mencari jalan keluar akibat keanekaragaman di
Indonesia.
No comments:
Post a Comment