A. Pengertian Dharmagita
Dharmagita adalah suatu lagu atau nyanyian suci yang secara khusus dilagukan atau dinyanyikan pada saat upacara keagamaan Hindu, dan untuk mengiringi upacara ritual atau yadnya. Istilah Dharmagita berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari kata Dharma yang artinya kebenaran, agama atau keagamaan, dan Gita yang artinya nyanyian atau lagu.
Tradisi menyanyikan kidung-kidung suci merupakan tradisi yang sangat kuno. Kita mengenal adanya kitab Sama Weda yang merupakan salah satu dari kitab Catur Weda. Kitab Sama Weda ini berisi lagu pujian atau pujaan untuk dinyanyikan dalam pelaksanaan upacara yadnya. Dalam berbagai kegiatan keagamaan, penggunaan Dharmagita sangatlah dibutuhkan karena irama lagunya memiliki berbagai jenis variasi yang sangat membantu untuk menciptakan suasana hening atau khidmat yang dipancari oleh getaran kesucian sesuai dengan jenis yadnya yang dilaksanakan.
Saat ini Dharmagita sudah mencapai kemajuan yang cukup pesat. Bahkan pemerintah melalui Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), secara rutin menyelenggarakan Utsawa Dharmagita, yaitu suatu ajang perlombaan untuk menjalin hubungan cinta kasih sesama umat di seluruh tanah air. Adapun yang biasa digelar dalam Utsawa Dharmagita adalah membaca Sloka, Palawakya, dan tembang-tembang kerohanian, serta hal-hal lain sebagai ciri budaya daerah masing-masing yang dijiwai oleh agama Hindu.
Dharmagita adalah suatu lagu atau nyanyian suci yang secara khusus dilagukan atau dinyanyikan pada saat upacara keagamaan Hindu, dan untuk mengiringi upacara ritual atau yadnya. Istilah Dharmagita berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari kata Dharma yang artinya kebenaran, agama atau keagamaan, dan Gita yang artinya nyanyian atau lagu.
Tradisi menyanyikan kidung-kidung suci merupakan tradisi yang sangat kuno. Kita mengenal adanya kitab Sama Weda yang merupakan salah satu dari kitab Catur Weda. Kitab Sama Weda ini berisi lagu pujian atau pujaan untuk dinyanyikan dalam pelaksanaan upacara yadnya. Dalam berbagai kegiatan keagamaan, penggunaan Dharmagita sangatlah dibutuhkan karena irama lagunya memiliki berbagai jenis variasi yang sangat membantu untuk menciptakan suasana hening atau khidmat yang dipancari oleh getaran kesucian sesuai dengan jenis yadnya yang dilaksanakan.
Saat ini Dharmagita sudah mencapai kemajuan yang cukup pesat. Bahkan pemerintah melalui Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), secara rutin menyelenggarakan Utsawa Dharmagita, yaitu suatu ajang perlombaan untuk menjalin hubungan cinta kasih sesama umat di seluruh tanah air. Adapun yang biasa digelar dalam Utsawa Dharmagita adalah membaca Sloka, Palawakya, dan tembang-tembang kerohanian, serta hal-hal lain sebagai ciri budaya daerah masing-masing yang dijiwai oleh agama Hindu.
B. Jenis-Jenis Dharmagita
1. Sekar Rare
Biasanya Sekar Rare dalam lirik atau baitnya mengandung pesan-pesan moral, budi pekerti, cerita-cerita tentang tingkah laku atau kesusilaan dan pengetahuan.
1. Sekar Rare
Biasanya Sekar Rare dalam lirik atau baitnya mengandung pesan-pesan moral, budi pekerti, cerita-cerita tentang tingkah laku atau kesusilaan dan pengetahuan.
Meong-meong
Meong meong alih je bikule
Bikul gede-gede
Buin mokoh-mokoh
Kereng pesan ngarusuhin
Juk meng juk kul juk meng juk kul
..Bikul gede-gede
Buin mokoh-mokoh
Kereng pesan ngarusuhin
Juk meng juk kul juk meng juk kul
2. Sekar Alit
Sekar Alit sering disebut juga pupuh atau tembang, yang di ikat oleh pada dan lingsa. di Isinya mengandung pengetahuan, kesusilaan, kerohanian. Sekar Alit dapat dibedakan atas beberapa bentuk, seperti berikut ini.
a. Pupuh Mijil f. Pupuh Ginada
b. Pupuh Pucung g. Pupuh Maskumambang
c. Pupuh Ginanti h. Pupuh Dandang
d. Pupuh Durma i. Pupuh Pangkur
e. Pupuh Semarandana
Sekar Alit sering disebut juga pupuh atau tembang, yang di ikat oleh pada dan lingsa. di Isinya mengandung pengetahuan, kesusilaan, kerohanian. Sekar Alit dapat dibedakan atas beberapa bentuk, seperti berikut ini.
a. Pupuh Mijil f. Pupuh Ginada
b. Pupuh Pucung g. Pupuh Maskumambang
c. Pupuh Ginanti h. Pupuh Dandang
d. Pupuh Durma i. Pupuh Pangkur
e. Pupuh Semarandana
Contoh Sekar Alit dengan tembang
pucung :
Pupuh
Pucung
Bibi Anu (Karya NN )
1. Bi-bi a-nu (4u)
2. La-mun pa-yu lu-as man-dus (8u)
3. An-te-nge te-ke-kang (6a)
4. Yat-na-in nga-ba ma-sui (8i)
5. Ti-uk pun-tul (4u)
6. Ba-wang ang-gon pa-si-ke-pan (8a)
Bibi Anu (Karya NN )
1. Bi-bi a-nu (4u)
2. La-mun pa-yu lu-as man-dus (8u)
3. An-te-nge te-ke-kang (6a)
4. Yat-na-in nga-ba ma-sui (8i)
5. Ti-uk pun-tul (4u)
6. Ba-wang ang-gon pa-si-ke-pan (8a)
.
3. Sekar Madya
Sekar Madya disebut juga tembang tengahan atau kidung (jumlah dan jenis-jenisnya sangat banyak), adalah lagu-lagu yang dipakai untuk mengiringi upacara agama, isi lagu sesuai dengan acara pelaksanaan upacara agama Hindu.
Sekar Madya disebut juga tembang tengahan atau kidung (jumlah dan jenis-jenisnya sangat banyak), adalah lagu-lagu yang dipakai untuk mengiringi upacara agama, isi lagu sesuai dengan acara pelaksanaan upacara agama Hindu.
Contoh:
Ida ratu saking luhur
Mangda sampun titiang tandruh
Mangayat batara mangkin
Titiang ngarturang pejati
Banten suci mwang daksina
Sami sampun puput
Prating kahing saji
Mangda sampun titiang tandruh
Mangayat batara mangkin
Titiang ngarturang pejati
Banten suci mwang daksina
Sami sampun puput
Prating kahing saji
4. Sekar Agung
Sekar Agung disebut juga kekawin atau wirama. Bangunnya diikat oleh Guru lagu. Guru berarti berat atau panjang dan lagu berarti pendek atau ringan. Bentuk atau jenis Sekar Agung sangat banyak. Bahasanya menggunakan bahasa jawa kuno atau bahasa pabencangah. Isinya mengandung nilai-nilai kerohanian dan mengandung filsafat kehidupan yang sangat tinggi.
Contoh:
Raga di musuh mapara, rihati ya tongwanya tan madoh ring awak
Yeka tan hana risira prawira wihikan sireng niti.
Sekar Agung disebut juga kekawin atau wirama. Bangunnya diikat oleh Guru lagu. Guru berarti berat atau panjang dan lagu berarti pendek atau ringan. Bentuk atau jenis Sekar Agung sangat banyak. Bahasanya menggunakan bahasa jawa kuno atau bahasa pabencangah. Isinya mengandung nilai-nilai kerohanian dan mengandung filsafat kehidupan yang sangat tinggi.
Contoh:
Raga di musuh mapara, rihati ya tongwanya tan madoh ring awak
Yeka tan hana risira prawira wihikan sireng niti.
5. Sloka
Sloka adalah bagian ayat atau bait dari kitab suci yang dibaca dengan irama mantra. Isinya mengandung pujaan-pujaan atas kebesaran Tuhan beserta manifestasinya.
Contoh:
Ye yatha mam prapadnyante tamstathaiwa bhajami aham, Mama wartmanu manusyah partha sarwasah (Bhagawadgita, IV.11)
Sloka adalah bagian ayat atau bait dari kitab suci yang dibaca dengan irama mantra. Isinya mengandung pujaan-pujaan atas kebesaran Tuhan beserta manifestasinya.
Contoh:
Ye yatha mam prapadnyante tamstathaiwa bhajami aham, Mama wartmanu manusyah partha sarwasah (Bhagawadgita, IV.11)
6. Palawakya
Palawakya adalah suatu bacaan terjemahan sloka dengan irama tertentu, dengan menggunakan bahasa Jawa Kuno. Dalam kitab Sarasamuscaya yang menggunakan bahasa Jawa Kuno sering dibaca menggunakan irama Palawakya.
Contoh:
Paramarthanya pengpenge ta pwa ka temwaniking si dadi wwang
Durlabhawiya ta, saksat handaningmara ring swarka ika
Sanimittaning ta tiba muwahta pwa damalakena (SS.6)
Palawakya adalah suatu bacaan terjemahan sloka dengan irama tertentu, dengan menggunakan bahasa Jawa Kuno. Dalam kitab Sarasamuscaya yang menggunakan bahasa Jawa Kuno sering dibaca menggunakan irama Palawakya.
Contoh:
Paramarthanya pengpenge ta pwa ka temwaniking si dadi wwang
Durlabhawiya ta, saksat handaningmara ring swarka ika
Sanimittaning ta tiba muwahta pwa damalakena (SS.6)
Adapun pujangga yang menciptakan karya-karya diatas adalah sebagai berikut:
1. Kekawin Ramayana karya Mpu Yogi Swara
2. Bharata yudha karya Mpu Sedah & Empu Panuluh
3. Arjuna Wiwaha karya Empu Kanwa
4. Lubdhaka karya Empu Tanakung
5. Semaradhana karya Empu Darmaja
III.Fungsi dharma gita
1. Untuk memuja Ida Sanghyang Widhi
2. Sebagai media memasyarakatkan ajaran agama
3. Untuk memotivasi umat mencintai agamanya
IV. Tujuan dharma gita
1. Untuk memasyarakatkan ajaran agama lewat media seni suara
2. Untuk memberi sentuhan rasa ksucian & kekhusukan dalam pelaksanaan upacara agama
3. Untuk memberi dorongan kepada kita agar menghargai karya seni dan lebih mencintai kebudayaan warisan leluhur berupa seni surara.
V. Materi dharma gita
1. Untuk memuja Ida Sanghyang Widhi
2. Sebagai media memasyarakatkan ajaran agama
3. Untuk memotivasi umat mencintai agamanya
IV. Tujuan dharma gita
1. Untuk memasyarakatkan ajaran agama lewat media seni suara
2. Untuk memberi sentuhan rasa ksucian & kekhusukan dalam pelaksanaan upacara agama
3. Untuk memberi dorongan kepada kita agar menghargai karya seni dan lebih mencintai kebudayaan warisan leluhur berupa seni surara.
V. Materi dharma gita
Dharma gita diabadikan kepada keagungan agama ,materinya
bersumber pada kitab suci veda. Dharma gita merupakan hasil karya yang sangat
luhur,oleh kerena itu selalu sesuai dengan jaman.
No comments:
Post a Comment