Kata Saraswati sendiri berasal dari bahasa
Sangsekerta yang memiliki makna mengalir. Sehingga dalam penguraiannya lebih
jauh lagi, Saraswati memiliki makna air yang mengalir dari ketinggian menuju
danau atau kolam. Kata Saraswati dalam Veda memiliki arti merupakan mantra
pujaan. Banyak Umat Hindu juga menghubungkan Saraswati dengan pemujaan terhadap
Dewa Visvedevah.
Manifestasi Saraswati
diwujudkan dalam seorang dewi yang cantik dengan berpakaian putih bersih,
bertangan empat dengan membawa alat musik, pustakan suci, teratai, dan duduk
diatas angsa. Simbol-simbol yang berada dalam raga sang Dewi memiliki
makna-makna sebagai berikut;
1.
Pakaian Putih : Simbol
dari Ilmu pengatahuan itu putih tidak tercela.
2.
Alat musik : Simbol
terciptanya Alam lalu muncul nada dan melodi.
3.
Gemitri/Tasbih :
Simbol dari kekekalan antara ilmu pengetahuan dan tuhan.
4.
Pustaka suci : Simbol
dari sumber dari segala ilmu pengetahuan.
5.
Teratai : Simbol dari
Ilmu pengetahuan itu bersifat abadi.
6.
Angsa : Simbol dari
kebijaksaan, karena angsa dapat memisahkan antara air dan lumpur saat dia
meminum air bermanfaat juga merupakan perlambang dari tiga kkuasa 3 di
dunia bisa di air, darat dan udara.
Dalam upacara ini
seluruh benda benda tersebut diatas diberikan mantra, Setelah pemujaan
terhadap Dewi Saraswati selesai, biasanya dilakukan semedhi ditempat yang
suci di malam hari atau melakukan pembacaan lontar-lontar semalam suntuk dengan
tujuan menemukan pencerahan dari Ida Hyang Saraswati (Dewi Ilmu pengetahuan).
Esok harinya semua benda benda yang sudah di berkati tersebut di atas di
mandikan dan sambil memanjatkan doa ke Sang hyang Widhi agar tetap bisa
digunakan dan bermanfaat bagi masyarakat dan ilmu pengetahuan khususnya.
Hari Raya Saraswati yaitu
hari Pawedalan Sang Hyang Aji Saraswati, jatuh pada tiap-tiap hari Saniscara
Umanis wuku Watugunung. Pada hari itu kita umat Hindu merayakan hari yang
penting itu. Terutama para pamong dan siswa-siswa khususnya, serta pengabdi-pengabdi
ilmu pengetahuan pada umumnya.
Pura Besakih adalah sebuah komplek pura yang terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang Kabupaten
Karangasem, Bali, Indonesia. Komplek Pura Besakih
terdiri dari 1 Pura Pusat (Pura Penataran Agung Besakih) dan 18 Pura Pendamping
(1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya). Di Pura Basukian, di areal inilah
pertama kalinya tempat diterimanya wahyu Tuhan oleh Hyang Rsi Markendya, cikal
bakal Agama Hindu Dharma sekarang di Bali, sebagai pusatnya. Pura Besakih
merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali. Di antara semua
pura-pura yang termasuk dalam kompleks Pura Besakih, Pura Penataran Agung adalah pura yang terbesar, terbanyak
bangunan-bangunan pelinggihnya, terbanyak jenis upakaranya dan merupakan pusat dan
semua pura yang ada di komplek Pura Besakih. Di Pura Penataran Agung terdapat 3
arca atau candi utama simbol stana dari sifat Tuhan Tri Murti, yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa yang merupakan perlambang Dewa Pencipta,
Dewa Pemelihara dan Dewa Pelebur/Reinkarnasi. Pura Besakih masuk dalam daftar
pengusulan Situs
Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1995.
Keberadaan fisik bangunan
Pura Besakih, tidak sekedar menjadi tempat pemujaan terhadap Tuhan YME, menurut
kepercayaan Agama Hindu Dharma, yang terbesar di pulau Bali, namun di dalamnya
memiliki keterkaitan latar belakang dengan makna Gunung Agung.
Sebuah gunung tertinggi di pulau Bali yang dipercaya sebagai pusat Pemerintahan
Alam Arwah, Alam Para Dewata, yang menjadi utusan Tuhan untuk wilayah pulau Bali dan
sekitar. Sehingga tepatlah kalau di lereng Barat Daya Gunung Agung dibuat
bangunan untuk kesucian umat manusia, Pura Besakih yang bermakna filosofis.
Makna
filosofis yang terkadung di Pura Besakih dalam perkembangannya mengandung
unsur-unsur kebudayaan yang meliputi:
1.
Sistem pengetahuan,
2.
Peralatan hidup dan
teknologi,
3.
Organisasi sosial
kemasyarakatan,
4.
Mata pencaharian
hidup,
5.
Sistem bahasa,
6.
Religi dan upacara,
dan
7.
Kesenian.
Ketujuh
unsur kebudayaan itu diwujudkan dalam wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas,
dan wujud budaya material. Hal ini sudah muncul baik pada masa pra-Hindu maupun
masa Hindu yang sudah mengalami perkembangan melalui tahap mitis, tahap
ontologi dan tahap fungsional.
No comments:
Post a Comment