Search This Blog

Tuesday, 21 October 2014

Makalah Tentang Amuk Massa


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
   Akhir-akhir ini kita sering melihat fenomena perilaku masyarakat kita yang anarkis dalam pemecahan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Budaya kekerasan tampaknya tidak pernah berhenti dari masyarakat kita akhir-akhir ini. Penyelesaian masalah dengan mengedepankan kekerasan ketimbang musyawarah sebagai ciri bangsa beradab semakin marak. Contohnya saja fenomena amuk massa yang terjadi di masyarakat.
Gejala amuk massa, akhir-akhir ini menunjukkan kecenderungan semakin menjadi-jadi, dan mempunyai tendensi semakin meningkat. Fenomena sementara menujukkan, bahwa sasarannya adalah toko-toko atau gudang sembako, atau bahkan terhadap pencopet yang tertangkap tangan dan sebagainya. Kerugian yang ditimbulkan tidak sedikit. Di samping kerugian harta benda, juga korban jiwa dan luka-luka.  Bahkan dalam perkembangan terakhir, gejala amuk massa ini menunjukkan ke arah yang semakin sadis dan irrasional.
            Ketika sebuah keliaran didalam kehidupan masyarakat sudah menjadi suatu ‘budaya’ yang tidak dapat dihilangkan, disutulah letak amuk massa. Banyaknya konflik yang terjadi selama ini di Indonesia membuat berbagai lapisan masyarakat mulai gerah dan kemudian berang dan marah ketika segala permintaan, permohonan, sampai demonstrasi yang awalnya dimulai dengan cara baik menjadi liar dan tidak terkendali, sampai menimbulkan sebuah tindakan destruktif atau merusak barang-barang yang ada di sekelilingnya sehingga banyak pihak yang dirugikan, itulah yang dimaksud dengan tindakan amuk massa. Satu hal yang jelas adalah, bahwa tindakan amuk massa, jika dilihat dari sisi hukum pidana, merupakan kejahatan. Paling tidak, para pelaku amuk massa itu akan terkena Pasal 55 KUHP (delik penyertaan/deelneming).
      Pengkajian terhadap tindakan amuk massa, tidak terlepas dari pembahasan sisi psikologi sosial.  Dengan melihat fenomena amuk massa ini dari perspektif psikologi sosial, kita akan mengetahui faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya aksi tersebut serta cara mengatasi persoalan tersebut.


1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi amuk massa jika dilihat dari perspektif psikologi sosial?
2. Apa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya amuk massa berdasarkan perspektif psikologi sosial?

1.3 Tujuan Penulisan
1. Definisi amuk massa jika dilihat dari perspektif psikologi sosial.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya amuk massa berdasarkan perspektif psikologi sosial.






BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Amuk Massa Jika Dilihat Dari Perspektif Psikologi Sosial
Dewasa ini, sering kali terdengar berita yang berkaitan dengan suatu konflik antar warga, wilayah, maupun golongan tertentu. Konflik tersebut tentu saja memiliki penyebab yang memicu amuk massa. Amuk massa berasal dari kata ‘amuk’ dan ‘massa’. Amuk menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah  kerusuhan, anarki, tindakan yang biasanya bertujuan untuk melakukan protes yang cenderung bersikap negatif ataupun brutal. Sedangkan massa memiliki arti masyarakat, sekelompok manusia atau golongan tertentu. Jadi, amuk massa dapat didefinisikan sebagai :
1.        Menurut ahli Psikologi Massa, Gray Ramod Louis (1965) menganalis bahwa amuk massa merupakan manifestasi dari kekecewaan yang mempunyai kesamaan denyut psikis, denyut mana lebih dititikberatkan orientasi yang muncul sebagai hubungan kausalitas. Dengan kata lain, amuk massa dapat terjadi dari timbal balik akibat perasaan yang sama atas perlakuan. Namun dalam wacana politik, amuk massa lebih banyak di akibatkan proses sosial yang menekan masyarakat.
2.        Menurut Malcolm Weith (1972), amuk massa merupakan perilaku atau tindakan yang secara evolutif akan mengganjal psikis suatu golongan atau kelompok masyarakat (yang melakukan amuk massa) tersebut. Dalam arti, tekanan yang dirasakan tidak langsung diwujudkan, tetapi perlahan namun pasti akan tumpah. Hal tersebut membuat amuk massa sulit dikendalikan dan cenderung anarkis.
Jadi dapat di definisikan bahwa amuk massa merupakan suatu bentuk luapan amarah dan rasa kecewa dari suatu golongan masyarakat tertentu yang biasanya memiliki tujuan yang sama yang cenderung berujung sikap protes (http://dhichakal.blogspot.com/2011/12/amuk-massa.html).

2.2 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Amuk Massa Berdasarkan Perspektif Psikologi Sosial.
            Prespektif teori psikologi menurut Alfred Adler ini mendasarkan bahwa manusia pertama-tama dimotivasikan oleh dorongan-dorongan sosial (http://kafeilmu.com/teori-psikologi-sosial-para-ahli/). Jadi jika dilihat dari perspektif psikologi sosial, amuk massa yang sering terjadi di masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor sosial antara lain:
1.      Adanya prasangka sosial
Prasangka dikatakan sebagai salah satu faktor yang menyebabkan munculnya agresi berupa amuk massa itu, karena prasangka sangat mempengaruhi tindakan suatu kelompok, bersifat kaku dan irrasional. Individu yang terkena virus prasangka tidak mudah untuk mengubah sikapnya. Bila dihadapkan pada kenyataan yang berbeda, biasanya resistan dan mencari pembenarannya sendiri, atau malah muncul emosinya. Artinya, jika apa yang diprasangkakannya ternyata salah atau tidak sesuai, maka mereka mengambil dalih untuk mempertahankan "kebenaran" prasangkanya.  Dari pendapat di atas dapat diperoleh pengertian bahwa prasangka sosial merupakan sikap negatif seseorang terhadap orang lain karena adanya perbedaan dari orang yang bersangkutan dengan orang lain atau kelompok lain (http://jendelapemikiran.wordpress.com/2010/12/02/peran-psikologi-positif-mengatasi-prasangka-sosial-dalam-masyarakat-multikultural/). Persepsi yang muncul cenderung diiringi oleh tindakan yang tidak menyenangkan dan dapat merugikan orang atau kelompok lain, salah satunya dengan melakukan amuk massa tersebut.
2.      Adanya persaingan dalam masyarakat
Adanya persaingan dalam suatu kelompok juga merupakan penyebab terjadinya peristiwa amuka massa tersebut.  Persaingan merupakan suatu proses sosial dimana individu atau kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui suatu bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum, dengan cara menarik perhatian publik atau mempertajam prasangka yang ada. Beberapa bentuk persaingan antara lain persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan kedudukan dan peranan, serta persaingan ras (http://www.lintas.me/article/definisi-pengertian.blogspot.com/pengertian-persaingan/1). Adanya persaingan ini memungkinkan nantinya akan muncul suatu konflik yang menyebabkan suatu kelompok melakukan tindakan amuk massa yang ditujukan kepada kelompok saingannya tersebut.
3.      Adanya perlakuan diskriminasi
Adanya perlakuan yang diskriminatif terhadap suatu kelompok, dapat memicu terjadinya suatu keinginan untuk memperoleh keadilan. Ketika mereka ingin mendapatkan keadilan ini sering kali dilakukan melalui jalan kekerasan, salah satunya dengan melakukan amuk massa. Secara sederhana diskriminasi ini mengacu kepada "pengecualian pembedaan, atau pembatasan berdasarkan asal etnis atau nasional, jenis kelamin, usia, kecacatan, status sosial atau ekonomi, kondisi kesehatan, kehamilan, bahasa, agama, opini, orientasi seksual, status perkawinan atau lainnya, memiliki efek merugikan atau meniadakan pengakuan atau pelaksanaan hak-hak dan kesetaraan kesempatan bagi orang-orang. Namun, diskriminasi merujuk pada tindakan membedakan atau segregasi yang merongrong kesetaraan. Biasanya digunakan untuk merujuk pada pelanggaran hak-hak yang sama bagi individu dengan masalah sosial, usia, ras, agama, politik, orientasi seksual atau gender. Sumber utama dari ketidaksetaraan adalah diskriminasi. Menurut Cesar Rodriguez, dalam teks yang berjudul Hak untuk mendapatkan kesetaraan, pendapatan, kelas sosial dan ras, faktor seperti jenis kelamin, etnis, kebangsaan, agama atau ideologi politik menimbulkan bentuk diskriminasi. Kelompok minoritas seringkali didiskriminasi dan berada dalam posisi "subordinasi abadi"  yang tercermin dalam perekonomian (kelas bawah), politik (kelompok-kelompok ini tidak terwakili kebijakan) dan kehidupan sosial. Dari situasi atau keadaan seperti itulah akhirnya menjadi penyebab munculnya amuk massa di masyarakat yang mereka lakukan dengan tujuan untuk memperoleh keadilan (http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2308850-definisi-diskriminasi/).

4.      Adanya proses imitasi
Adanya proses imitasi dari suatu kelompok terhadap kelompok lain yang melakukan aksi amuk massa juga merupak salah satu faktor yang menyebabkan mereka melakukan aksi tersebut juga. Secara umum Imitasi itu merupakan proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain, baik sikap penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa-apa yang dimilikinya. Imitasi pertama kali muncul di lungkungan keluarga, kemudian lingkungan tetangga dan lingkungan masyarakat. Imitasi merupakan proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain melalui sikap, penampilan, gaya hidup, bahkan apa saja yang dimiliki orang lain. psikologis lain yang berperan. Dengan kata lain imitasi tidak berlangsung secara otomatis, tetapi ada faktor lain yang ikut berperan, sehingga seseorang mengadakan imitasi. Contohnya, sekolompok orang melakukan aksi amuk massa disebabkan karena mereka meniru apa yang mereka lihat atau saksikan di media untuk melakukan aksi amuk massa dalam menyelesaikan suatu permasalah ataupun untuk menentang segala sesuatu yang mereka anggap salah (http://febriyanabudiratnasari.blogspot.com/2012/09/pengertian-imitasi.html).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pengertian amuk massa menurut perspektif psikologi sosial yaitu amuk massa merupakan suatu bentuk luapan amarah dan rasa kecewa dari suatu golongan masyarakat tertentu yang biasanya memiliki tujuan yang sama yang cenderung berujung sikap protes.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya amuk massa berdasarkan perspektif psikologi sosial yaitu:
a.       Adanya prasangka sosial
b.      Adanya persaingan dalam masyarakat
c.       Adanya perlakuan diskriminasi
d.      Adanya proses imitasi

3.2 Saran
            Kita sebagai kaum intelektual sudah sepatutnya berusaha meminimalisir suatu tindakan arogansi berupa amuk massa ini di masyarakat, karena hal itu dapat merugikan semua pihak, mulailah mencari solusi yang lebih tepat dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

No comments:

Post a Comment