KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur
penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang Hyang Widhi Wasa
karena atas Asung Wara Nugraha-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah imi
dengan baik dan tepat pada waktunya .
Adapun judul yang penulis angkat dalam membuat makalah
ini adalah. MAKALAH
PENYAKIT RABIES .
Dimana dengan adanya makalah ini diharapkan dapat
memberikan wawasan dan pengetahuan bagi pembaca mengenai Makalah penyakit rabies
Penulis menyadari makalah ini jauh
dari sempurna , maka dari itu kritik dan saran sangat di perlukan penulis guna
menyem purnakan makalah ini .Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua
Om Santih ,Santih ,Santih Om
Penulis.
MAKALAH
PENYAKIT RABIES .
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penyakit Rabies merupakan penyakit infeksi akut pada susunan
saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit anjing gila ini mempunyai
sifat zoonotik yaitu penyakit yang dapat ditularkan dari hewan pada manusia.
penyakit anjing gila atau rabies ini bisa menular kepada manusia melalui
gigitan.
Rabies berasal dari kata latin “rabere”
yang berarti “gila”, di Indonesia dikenal sebagai penyakit anjing gila. Rabies
merupakan suatu penyakit hewan menular akut yang bersifat zoonosis (dapat
menular ke manusia). Secara resmi, kasus rabies di Indonesia pertama kali
dilaporkan oleh Esser tahun 1884 pada seekor kerbau. Tahun 1889 oleh Penning
dilaporkan terjadi pada seekor anjing, dan kejadian pada manusia dilaporkan
oleh Eilerts de Haan pada tahun 1894. Semua kejadian kasus ini terjadi di Jawa
Barat.
Daerah di Indonesia yang saat ini masih
tertular rabies sebanyak 16 propinsi, meliputi: Pulau Sumatera (Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung), Pulau Sulawesi
(Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Tenggara), Pulau Kalimantan (Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Timur) dan Pulau Flores. Dan kasus terakhir yang terjadi adalah
Propinsi Maluku (Kota Ambon dan Pulau Seram).
Propinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa
Barat telah dinyatakan bebas dari rabies melalui SK Menteri Pertanian No. 566
Tahun2004 setelah dilakukan evaluasi dari hasil surveilans yang dilakukan oleh
Balai Besar Veteriner Wates tidak ditemukan kasus rabies di Propinsi DKI
Jakarta dan Banten sejak tahun 1996, dan Propinsi Jawa Barat sejak tahun 2001.
Dengan diterbitkannya SK Mentan bebas rabies ini, maka seluruh Pulau Jawa telah
bebas rabies karena Jawa Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta telah lebih
dahulu dibabaskan berdasarkan SK Mentan No. 897 Tahun 1997. Meskipun demikian
vaksinasi tetap harus dilaksanakan terutama di kabupaten-kabupaten yang
berbatasan langsung ke Pulau Sumatera.
Daerah yang secara historis bebas
rabies (belum pernah ada kasus rabies) adalah Propinsi Bali, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur (kecuali Pulau Flores), Kalimantan Barat, Papua,
Irian Jaya Barat, Maluku Utara, Kepulauan Riau dan Kepulauan Bangka-Belitung
dan sampai saat ini tetap dapat dipertahankan bebas rabies.
Propinsi terbaru yang tertular rabies
adalah Maluku tepatnya di Kota Ambon dan Pulau Seram. Sebelumnya Propinsi
Maluku merupakan daerah bebas rabies secara historis. Kasus gigitan anjing pertama
kali dilaporkan tanggal 28 Agustus 2003 di kota Ambon oleh Puskesmas Lateri dan
Urimesing. Sampai bulan November 2003 dilaporkan telah memakan 17 orang korban
jiwa, sedangkan sampai dengan bulan Mei 2004 jumlah korban jiwa tercatat 21
orang.
Sebaran rabies yaitu Kota Ambon
(Kecamatan Teluk Ambon Baguala, Nusaniwe dan Sirimau) dan Kabupaten Maluku
Tengah, yaitu di kecamatan Salahatu, Leihitu, Amahai dan Kairatu. Penyebab
penyebaran virus rabies di Maluku diduga melalui anjing yang diduga berasal dari
Propinsi Sulawesi Tenggara (Kendari) yang dibawa oleh para nelayan
B.
Rumusan Masalah
a)Sejarah Penyakit Rabies
b) Pengertian Penyakit Rabies
c)Etimologi
d) Penyebab virus rabies
e) Tahapan rabies pada hewan
f)
Tanda - anda rabies pada hewan dan manusia
g) Manifestasi klinik
h) Diagnosis
i) Penanganan penyakit rabies
j) Pengobatan penyakit rabies
k) Pencegahan penyakit rabies
C. Tujuan Penulisan
a) Untuk mengetahui sejarah penyakit rabies
b) Untuk mengetahui pengertian penyakit rabies
c) Untuk mengetahui etimologinya
d) Untuk
mengetahui penyebab virus rabies
e) Untuk mengetahui tahapan pada hewan
f) Untuk mengetahui tanda-tanda rabies pada hewan dan manusia
g) Untuk mengetahui manifestasi klinik
h) Untuk mengetahui diagnosinya
i) Untuk mengetahui penanganan penyakit rabies
j) Untuk mengetahui pengobatan penyakit rabies
k) Untuk mengetahui pencegahan penyakit rabies
BABII
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Penyakit Rabies
Rabies bukanlah penyakit baru dalam
sejarah perabadan manusia. Catatan tertulis mengenai perilaku anjing yang
tiba-tiba menjadi buas ditemukan pada Kode Mesopotamia yang ditulis 4000 tahun lalu serta
pada Kode Babilonia Eshunna yang
ditulis pada 2300 SM.Democritus pada 500 SM juga
menuliskan karakteristik gejala penyakit yang menyerupai rabies.
Hippocrates, Plutarch, Xenophon, Epimarcus, Virgil, Horace, dan Ovid adalah orang-orang yang pernah menyinggung karakteristik
rabies dalam tulisan-tulisannya.Celsius, seorang dokter di zaman Romawi, mengasosiasikan hidrofobia (ketakutan
terhadap air) dengan gigitan anjing, di tahun 100 Masehi. Cardanus,
seorang penulis zaman Romawi menjelaskan sifat infeksi yang ada di air liur anjing yang terkena rabies. Pada penulis Romawi zaman
itu mendeskripsikan rabies sebagai racun, yang mana adalah kata Latin bagi virus. Pliny dan Ovid adalah orang yang pertama
menjelaskan penyebab lain dari rabies, yang saat itu disebut cacing lidah anjing (dog tongue worm). Untuk mencegah rabies
di masa itu, permukaan lidah yang diduga mengandung "cacing" dipotong. Anggapan tersebut bertahan sampai abad
19, ketika akhirnya Louis Pasteur berhasil
mendemonstrasikan penyebaran rabies dengan menumbuhkan jaringan otak yang terinfeksi di tahun 1885 Goldwasser dan
Kissling menemukan cara diagnosis rabies secara modern pada tahun 1958, yaitu dengan teknik antibodi imunofluoresens untuk menemukan antigen rabies pada jaringan.
B. Pengertian Penyakit Rabies
Penyakit Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit
hewan yang menular yang disebakan oleh virus dan dapat menyerang hewan berdarah
panas dan manusia. Pada hewan yang menderita Rabies, virus ditemukan dengan
jumlah banyak pada air liurnya. Virus ini akan ditularkan ke hewan lain atau ke
manusia terutama melalui luka gigitan . Oleh karena itu bangsa Karnivora
(anjing,kucing, serigala) adalah hewan yang paling utama sebagai penyebar
Rabies. Penyakit Rabies merupakan penyakit Zoonosa yang sangat berbahaya dan
ditakuti karena bila telah menyerang manusia atau hewan akan selalu berakhir
dengan kematian.
Rabies adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan
dari hewan ke manusia. Virus rabies
ditularkan ke manusia melalu gigitan hewan misalnya oleh anjing, kucing, kera, rakun, dan kelelawar. Rabies disebut juga penyakit anjing gila.
C.
Etimologi
Kata rabies berasal dari bahasa Sansekerta kuno rabhas yang artinya
melakukan kekerasan/kejahatan. Dalam bahasa Yunani, rabies disebut Lyssa atau Lytaa yang
artinya kegilaan. Dalam bahasa Jerman, rabies disebut tollwut yang berasal dari bahasa
Indojerman Dhvar yang artinya merusak dan wut yang artinya marah. Dalam bahasa Prancis, rabies disebut rage berasal dari kata benda robere
yang artinya menjadi gila.
Rabies berasal dari kata latin “rabere”
yang berarti “gila”, di Indonesia dikenal sebagai penyakit anjing gila. Rabies
merupakan suatu penyakit hewan menular akut yang bersifat zoonosis (dapat
menular ke manusia). Secara resmi, kasus rabies di Indonesia pertama kali
dilaporkan oleh Esser tahun 1884 pada seekor kerbau. Tahun 1889 oleh Penning
dilaporkan terjadi pada seekor anjing, dan kejadian pada manusia dilaporkan
oleh Eilerts de Haan pada tahun 1894. Semua kejadian kasus ini terjadi di Jawa
Barat.
D.
Penyebab Virus Rabies
Rabies
disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan genus Lysavirus. Karakteristik utama
virus keluarga Rhabdoviridae adalah hanya memiliki satu utas negatif RNA yang tidak bersegmen. Virus ini hidup pada beberapa
jenis hewan yang berperan sebagai perantara penularan. Spesies hewan perantara
bervariasi pada berbagai letak geografis. Hewan-hewan yang diketahui dapat menjadi perantara
rabies antara lain rakun (Procyon lotor) dan sigung (Memphitis memphitis) di Amerika Utara, rubah merah (Vulpes vulpes) di Eropa, dan anjing di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Afrika, Asia, dan
Amerika Latin memiliki tingkat rabies yang masih tinggi Hewan perantara
menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau manusia melalui
gigitan.Infeksi juga dapat terjadi melalui jilatan hewan perantara pada kulit yang terluka. Setelah infeksi, virus akan masuk melalui
saraf-saraf menuju ke sumsum tulang belakang dan otak dan
bereplikasi di sana. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke
jaringan non saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.Hewan
yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas/ ganas ataupun rabies jinak/ tenang.Pada
rabies buas/ ganas, hewan yang terinfeksi tampak galak, agresif,
menggigit dan menelan segala macam barang, air liur terus menetes,
meraung-raung gelisah kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak/tenang, hewan yang
terinfeksi mengalami kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total, suka bersembunyi
di tempat gelap, mengalami kejang dan sulit
bernapas, serta menunjukkan kegalakan
Meskipun sangat jarang terjadi, rabies
bisa ditularkan melalui penghirupan udara yang tercemar virus rabies. Dua pekerja laboratorium telah mengkonfirmasi hal ini setelah mereka terekspos
udara yang mengandung virus rabies. Pada tahun 1950, dilaporkan dua kasus rabies terjadi pada penjelajah gua
di Frio Cave, Texas yang menghirup udara di mana ada jutaan kelelawar hidup di tempat tersebut.
Mereka diduga tertular lewat udara karena tidak ditemukan sama sekali adanya
tanda-tanda bekas gigitan kelelawar.
Virus rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi.
Hewan ini memularkan infeksi kepada hewan lainnya atu manusia melalui gigitan
dan kadang melalui jilatan. Virus akan berpindah dari tempatnya masuk melalui
saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan otak, dimana mereka berkembangbiak.
Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf menuju ke kelenjar liur dan
masuk ke dalam air liur Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada
manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing; hewan lainnya
yang juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun,
sigung, rubah. Rabies pada anjing masih sering ditemukan di Amerika Latin,
Afrika dan Asia, karena tidak semua hewan peliharaan mendapatkan vaksinasi
untuk penyakit ini.
Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas atau rabies jinak.
Pada rabies buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan ganas, kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak, sejak awal telah terjadi kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total.
Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas atau rabies jinak.
Pada rabies buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan ganas, kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak, sejak awal telah terjadi kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total.
E.
Tahapan Rabies Pada Hewan
Perjalanan penyakit Rabies pada anjing dan kucing dibagi
dalam 3 fase (tahap):
a)
Fase Prodormal : Hewan mencari tempat dingin dan
menyendiri , tetapi dapat menjadi lebih agresif dan nervus, pupil mata meluas
dan sikap tubuh kaku (tegang). Fase ini berlangsung selama 1-3 hari . Setelah
fase Prodormal dilanjutkan fase Eksitasi atau bias langsung ke fase Paralisa.
b)
Fase Eksitasi : Hewan menjadi ganas dan menyerang
siapa saja yang ada di sekitarnya dan memakan barang yang aneh-aneh.
Selanjutnya mata menjadi keruh dan selalu terbuka dan tubuh gemetaran ,
selanjutnya masuk ke fase Paralisa.
c)
Fase Paralisa : Hewan mengalami kelumpuhan pada
semua bagian tubuh dan berakhir dengan kematian.
F.
Tanda - Tanda Rabies Pada Hewan Dan Manusia
1)
Pada Hewan
Pada anjing dan kucing, penyakit Rabies dibedakan menjadi 2
bentuk , yaitu bentuk diam (Dumb Rabies) dan bentuk ganas (Furious Rabies).
v Tanda tanda Rabies bentuk diam :
a) Terjadi kelumpuhan pada seluruh
bagian tubuh
b)
Hewan tidak dapat mengunyah dan
menelan makanan, rahang bawah tidak dapat dikatupkan dan air liur menetes
berlebihan.
c)
Tidak ada keinginan menyerang atau
mengigit. Hewan akan mati dalam beberapa jam.
v Tanda tanda Rabies bentuk
ganas:
a)
Hewan menjadi agresif dan tidak lagi mengenal
pemiliknya.
b)
Menyerang orang, hewan, dan
benda-benda yang bergerak.
c)
Bila berdiri sikapnya kaku, ekor
dilipat diantara kedua paha belakangnya .
d)
Anak anjing menjadi lebih lincah dan
suka bermain , tetapi akan menggigit bila dipegang dan akan menjadi ganas dalam
beberapa jam.
2)
Pada Manusia
Tanda- tanda penyakit rabies pada manusia:
a)
Rasa takut yang sangat pada air, dan
peka terhadap cahaya, udara, dan suara.
b)
Airmata dan air liur keluar berlebihan
c)
Pupil mata membesar.
d)
Bicara tidak karuan, selalu ingin bergerak dan
nampak kesakitan
e)
Selanjutnya ditandai dengan
kejang-kejang lalu lumpuh dan akhirnya meninggal dunia.
G.
Manifestasi Klinis
Gejala rabies biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari
setelah terinfeksi. Masa inkubasi virus hingga munculnya penyakit adalah 10-14
hari pada anjing tetapi bisa mencapai 9 bulan pada manusia. Bila disebabkan
oleh gigitan anjing, luka yang memiliki risiko tinggi meliputi infeksi pada
mukosa, luka di atas daerah bahu (kepala, muka, leher), luka pada jari tangan
atau kaki, luka pada kelamin, luka yang lebar atau dalam, dan luka yang banyak.
Sedangkan luka dengan risiko rendah meliputi jilatan pada kulit yang luka,
garukan atau lecet, serta luka kecil di sekitar tangan, badan, dan kaki.
Gejala sakit yang akan dialami
seseorang yang terinfeksi rabies meliputi 4 stadium :
a)
Stadium prodromal
Dalam stadium prodomal sakit yang timbul pada penderita
tidak khas, menyerupai infeksi virus pada umumnya yang meliputi demam, sulit
makan yang menuju taraf anoreksia, pusing dan pening (nausea), dan lain
sebagainya.
b)
Stadium sensoris
Dalam stadium sensori penderita umumnya akan mengalami rasa
nyeri pada daerah luka gigitan, panas, gugup, kebingungan, keluar banyak air
liur (hipersalivasi), dilatasi pupil, hiperhidrosis, hiperlakrimasi
c)
Stadium eksitasi
Pada stadium eksitasi penderita menjadi gelisah, mudah
kaget, kejang-kejang setiap ada rangsangan dari luar sehingga terjadi ketakutan
pada udara (aerofobia), ketakutan pada cahaya (fotofobia), dan ketakutan air
(hidrofobia). Kejang-kejang terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang
mengatur proses menelan dan pernapasan. Hidrofobia yang terjadi pada penderita
rabies terutama karena adanya rasa sakit yang luar biasa di kala berusaha
menelan air
d) Stadium
paralitik
Pada
stadium paralitik setelah melalui ketiga stadium sebelumnya, penderita memasuki
stadium paralitik ini menunjukkan tanda kelumpuhan dari bagian atas tubuh ke
bawah yang progresif.
Karena
durasi penyebaran penyakit yang cukup cepat maka umumnya keempat stadium di
atas tidak dapat dibedakan dengan jelas.Gejala-gejala yang tampak jelas pada
penderita di antaranya adanya nyeri pada luka bekas gigitan dan ketakutan pada
air, udara, dan cahaya, serta suara yang keras. Sedangkan pada hewan yang
terinfeksi, gelaja yang tampak adalah dari jinak menjadi ganas, hewan-hewan
peliharaan menjadi liar dan lupa jalan pulang, serta ekor dilengkungkan di
bawah perut.
H.
Diagnosis
Jika seseorang digigit hewan, maka
hewan yang menggigit harus diawasi.Satu-satunya uji yang menghasilkan
keakuratan 100% terhadap adanya virus rabies adalah dengan uji antibodi
fluoresensi langsung (direct fluorescent antibody test/ dFAT) pada
jaringan otak hewan yang terinfeksi. Uji ini telah digunakan lebih dari 40
tahun dan dijadikan standar dalam diagnosis rabies.Prinsipnya adalah ikatan
antara antigen rabies dan antibodi spesifik yang telah dilabel dengan senyawa fluoresens
yang akan berpendar sehingga memudahkan deteksi. Namun, kelemahannya adalah subjek uji harus disuntik mati terlebih dahulu (eutanasia) sehingga tidak dapat digunakan terhadap manusia.
Akan tetapi,
uji serupa tetap dapat dilakukan menggunakan serum, cairan sumsum tulang belakang, atau air liur
penderita walaupun tidak memberikan keakuratan 100%.Selain itu, diagnosis dapat
juga dilakukan dengan biopsi kulit leher atau sel epitel kornea mata walaupun hasilnya tidak terlalu tepat sehingga nantinya
akan dilakukan kembali diagnosis post mortem setelah hewan atau manusia
yang terinfeksi meninggal.
I.
Penangan Penyakit Rabies
a)
Penanganan terhadap orang yang digigit
(korban)
Segera cuci luka
gigitan dengan air bersih dan sabun atau detergen selama 10 sampai 15 menit
(gigitan yang dalam disemprot dengan air sabun ) kemudian bilas dengan air yang
mengalir , lalu keringkan dengan kain bersih. Luka kemudian diberi obat luka
yang tersedia (misalnya betadin) lalu dibalut dengan pembalut atau kain yang
bersih. Korban secepatnya dibawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat untuk
mendapat perawatan lebih lanjut.
b)
Penanganan terhadap hewan yang
menggigit
Anjing, kucing dan k era yang menggigit manusia atau hewan
lainnya harus dicurigai menderita rabies. Terhadap hewan tersebut harus diambil
tindakan sebagai berikut :Bila hewan tersebut adalah hewan peliharaan atau ada
pemiliknya , maka hewan tersebut harus ditangkap dan diserahkan ke Dinas
Peternakan setempat untuk diobservasi selama 14 hari. Bila hasil observasi
negatif rabies maka hewan tersebut harus mendapat vaksinasi rabies sebelum
diserahkan kembali kepada pemiliknya. Bila hewan yang menggigit adalah hewan liar
(tidak ada pemiliknya) maka hewan tersebut harus diusahakan ditangkap hidup dan
diserahkan kepada Dinas Peternakan setempat untuk diobservasi dan setelah masa
observasi selesai hewan tersebut dapat dimusnahkan atau dipelihara oleh orang
yang berkenan , setelah terlebih dahulu diberi vaksinasi rabies. Bila hewan
yang menggigit sulit ditangkap dan terpaksa harus dibunuh, maka kepala hewan
tersebut harus diambil dan segera diserahkan ke Dinas Peternakan setempat untuk
dilakukan pemeriksaan laboratorium. Jika seseorang digigit hewan, maka hewan
yang menggigit harus diawasi.
J.
Pengobatan Penyakit Rabies
Bila terinfeksi rabies, segera cari
pertolongan medis.Rabies dapat diobati, namun harus dilakukan sedini mungkin
sebelum menginfeksi otak dan menimbulkan gejala.Bila gejala mulai terlihat,
tidak ada pengobatan untuk menyembuhkan penyakit ini.Kematian biasanya terjadi
beberapa hari setelah terjadinya gejala pertama. Jika terjadi
kasus gigitan oleh hewan yang diduga terinfeksi rabies atau berpotensi rabies (anjing, sigung, rakun, rubah, kelelawar) segera cuci luka dengan sabun atau pelarut lemak lain di bawah air mengalir selama 10-15 menit lalu beri antiseptik alkohol 70% atau betadin. Orang-orang
yang belum diimunisasi selama 10 tahun terakhir akan diberikan suntikan tetanus.
Orang-orang
yang belum pernah mendapat vaksin rabies akan diberikan suntikan
globulin imun rabies yang dikombinasikan dengan vaksin.Separuh dari dosisnya
disuntikkan di tempat gigitan dan separuhnya disuntikan ke otot, biasanya di
daerah pinggang.Dalam periode 28 hari diberikan 5 kali suntikan.Suntikan
pertama untuk menentukan risiko adanya virus rabies akibat bekas gigitan. Sisa suntikan
diberikan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28.Kadang-kadang terjadi rasa sakit,
kemerahan, bengkak, atau gatal pada tempat penyuntikan vaksin.
K.
Pencegahan Penyakit Rabies
Pencegahan rabies dapat dilakukan dengan memvaksinasi hewan
peliharaan rutin, hindari memelihara hewan liar di rumah, jika anda bepergian
ke daerah yang terjangkit rabies, segeralah ke pusat pelayanan kesehatan
terdekat untuk mendapatkan vaksinasi rabies.
Vaksinasi idealnya dapat memberikan perlindungan seumur
hidup. Tetapi seiring berjalannya waktu kadar antibodi akan menurun, sehingga
orang yang berisiko tinggi terhadap rabies harus mendapatkan dosis booster
vaksinasi setiap 3 tahun. Pentingnya vaksinasi rabies terhadap hewan peliharaan
seperti anjing juga merupakan salah satu cara pencegahan yang harus
diperhatikan.
Pencegahan rabies pada manusia harus dilakukan sesegera
mungkin setelah terjadi gigitan oleh hewan yang berpotensi rabies, karena bila
tidak dapat mematikan (letal) Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa
diambil sebelum terjangkit virus atau segera setelah terkena gigitan Sebagai
contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang-orang yang berisiko tinggi
terhadap terjangkitnya virus, yaitu:
Dokter hewan ,Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang
terinfeksi Orang-orang yang menetap atau
tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies pada anjing banyak ditemukan
Para penjelajah gua kelelawar.
Para penjelajah gua kelelawar.
Menempatkan hewan peliharaan dalam kandang yang baik dan
sesuai dan senantiasa memperhatikan kebersihan kandang dan sekitarnya, Menjaga
kesehatan hewan peliharaan dengan memberikan makanan yang baik , pemeliharaan
yang baik dan melaksanakan Vaksinasi Rabies secara teratur setiap tahun ke
Dinas Peternakan atau Dokter Hewan Praktek. Memasang rantai pada leher anjing
bila anjing tidak dikandangkan atau sedang diajak berjalan-jalan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit
hewan yang menular yang disebakan oleh virus dan dapat menyerang hewan berdarah
panas dan manusia. Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke
keluarga Rhabdoviridae dan genus Lysavirus .Gejala rabies biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari
setelah terinfeksi. Masa inkubasi virus hingga munculnya penyakit adalah 10-14
hari pada anjing tetapi bisa mencapai 9 bulan pada manusia.
.
B.
Saran
Adapun saran dari penulis dengan adanya makalah ini, para
pembaca dapat dapat mengetahui apa yang
dimaksud dengan penyakit rabies dan dapat mencegah penyakit tersebut serta
dapat melakukuan tindakan lebih lanjut jika seseorang digigit hewan.
D. Daftar Pustaka
No comments:
Post a Comment