Om Swastyastu
Kepada
yang terhormat bapak/ibu Guru dan saudara-saudari yang saya cintai, sebelum
saya menguraikan tentang Susila Agama, marilah kita bersama-sama untuk
menghaturkan puja panganjali umat : Om Swastyastu, bapak /ibu Guru dan
saudara-saudari, saya disini akan menjalsakan sekelumit mengenai ajaran-ajaran
Agama Hindu yang dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kerangka dasar agama hindu yaitu
:
1. Tattwa
(Filsafat)
2. Susila
(Etika)
3. Upacara
(Ritual)
Karena ketiga kerangka dasar ini
tidak dapat kita pisahkan didalam kehidupan kita sehari-hari, berbuat sesuatu
di dunia ini, untuk lebih jelasnya saya umpakan sebagai buah manga yang masak,
maka kulit yang berwarna-warini yang menyebabkan tertariknya manusia dan
binatang untuk menikmatinya, itu disebut dengan Upacara Agama. Isi buah manga
yang rasanya manis itu adalah Susila Agama. Sedangkan bijinya meskipun tidak
dapat dinikmati, tetapi dia bisa tumbuh dan menyebabkan manga itu berkembang,
hal ini disebut dengan Tattwa Agama, maka untuk mempelajari, mendalami,
memahami dan mengamalkan ajaran agama itu seharusnya secara keseluruhannya
ketiga kerangka itu (Tattwa, Susila dan Upacara) agar masing-masing seimbang.
Saya akan menguraikan cukup satu tentang Susila Agama, karena tidak bisa saya
uraikan keseluruhan waktu tidak mengijinkan.
Pengertian Susila Agama
1. Sebagaimana
teleh kita maklumi bahwa Susila Agama itu merupakan kerangka dasar yang kedua
dari agama
2. Susila
berasal dari kata : Su + sila. Su = baik atau mulia, sedangkan sila =
norma/aturan, tingkah laku. Jadi susila dapat diartikan : tingkah laku yang
baik atau mulia.
3. Batasan
Susila ialah peraturan tentang tingkahlaku manusia yang baik dan mulia yang
selaras dengan ketentuan-ketentuan didalam Dharama (Agama).
4. Kita
bisa menyimak antara salah dan benar, baik dan buruk dan lain-lainnya.
Dasar susila agama/ sumber susila
agama
SEPERTI halnya sebuah bangunan
yang hanya mempunyai dasar (fondasi) yang kokoh dan kuat demi tegaknya bangunan
itu, maka Susila Aagamapun harus mempunyai dasar yang kokoh dan kekal yaitu
Dharma (Agama). Susila yang berdasarkan ajaran-ajaran Dharma (Agama), baru bisa
meresap didalam diri kita masing-masing. Lalu sumbernya adalah kitab Suci veda,
baik itu sruti maupun smrtinya (cerita-cerita Ramayana, maha bharata dan
lain-lain)., inilah yang menjadi sumber dari ajaran dharma (agama), untuk
memperkuat Susila Agama (tingkah laku kita berbuat yang baik di dunia ini
semasih kita hidup).
Pengertian agama (dharma)
Agama (dharma) adalah jalan hidup
untuk mencapai kesempurnaan, yang ditinjau oleh Susila, susila adalah budhi
pekerti yang luhur, amal kebijakan, kesucian dan kebahagiaan yang langgeng,
hidup abadi yang disebut moksa, semuanya itu disebut Agama (Dharma).
Tujuan Susila Agama
1. Untuk
membina hubungan yag selaras dan kerukunan antara manusia dengan sesamanya,
antara manusia dengan lingkungannya, antara manusia dengan pemerintah yang mana
kita harus menjungjung tinggi undang-undang yang berlaku, kita tidak boleh kaku
dengan pendapat sendiri, sesuatu yang akan kita buat atau pecahkan harus dengan
cara musyawarah mufakat, serta yang paling utama manusia dengan penciptanya
(Sang Hyang Widhi Wasa), selalu kita menjalankan puja Tri sandya 3x sehari,
dimana kita sudah secara langsung mendekatkan diri kita kepada Sang Hyang Widhi
Wasa.
2. Untuk
menuntun diri kita mencapai kesatuan jiwa (atma) dengan parama atman/brahman.
Dengan dasar membaca buku-buku agama (tattwa), berbuat yang baik (susila),
belajar mejejaitan (upacara).
3. Untuk membina
watak (karakter) manusia menjadi anggota masyarakat yang baik dan berpribadi
luhur serta membimbing manusia untuk mencapai kebahagian hidup secara sekala
niskala, yang utama adalah sesame tanpa memandang suatu golongan apapun.
Sebagai penutup dharma wacana
saya ini marilah kita mensyukuri hidup kita ini dan mulai sekarang sedikit demi
sedikit kita memperlihatkan perilaku yang luhur supaya kita menjadi tauladan
didalam masyarakat.
Dengan ini saya akhiri dengan
parama santi.
Om santih, santih, santih om
cana saya ini marilah kita mensyukuri hidup kita ini dan mulai
sekarang sedikit demi sedikit kita memperlihatkan perilaku yang luhur supaya
kita menjadi tauladan didalam masyarakat.
Dengan
ini saya akhiri dengan parama santi.
Om
santih, santih, santih om
No comments:
Post a Comment