Awal Mula
Adanya rencana Jepang untuk membentuk negara Asia Timur
Raya menyebabkan Jepang terlibat dalam Perang Pasifik. Dalam waktu yang relatif
singkat, Jepang telah berhasil menguasai kawasan Asia Tenggara termasuk
Indonesia.
Adanya masa Pendudukan Jepang di Indonesia mengakibatkan
kesengsaraan rakyat, baik secara lahir maupun batin. Hal itu disebabkanJepang
mengadakan eksploitasi baik di bidang ekonomi maupun sosial. Di balik segi
negatif, masa Pendudukan Jepang juga ada segi positifnya, yakni adanya
penggunaan bahasa Indonesia dan latihan kemiliteran yang dijalankan.
Meletusnya Perang Asia
Pasifik diawali dengan serangan Jepang ke Pangkalan Angkatan Laut Amerika
Serikat di Pearl Harbour (Hawai) pada tanggal 7 Desember 1941. Keesok
harinya, yakni tanggal 8 Desember 1941, Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda
mengumumkan perang kepada Jepang sehingga berkobarlah Perang Asia Pasifik.
Jepang yang sebelumnya telah
menyerbu Cina (1937) dan Indocina dengan taktik gerak cepat melanjutkaqn
serangan ke sasaran berikutnya, yaitu Muangthai, Burma, Malaya, Filipina, dan
Hindia Belanda (Indonesia). Untuk menghadapi agresi dan ofensif militer Jepang,
pihak Sekutu membentuk pasukan gabungan yang dalam komando ABDACOM
(American, British, Dutch, and Australia Command = gabungan tentara
Amerika Serikat, Inggris, Belanda dan Australia) di bawah pimpinan Letjen H.
Ter Poorten yang juga menjabat Panglima Tentara Hindia Belanda (KNIL).
Di Indonesia, Jepang
memperoleh kemajuan yang pesat. Di awali dengan menguasai Tarakan selanjutnya
Jepang menguasai Balikpapan, Pontianak, Banjarmasin,
Palembang, Batavia (Jakarta), Bogor terus ke Subang, dan terakhir
Kalijati. Dalam waktu yang singkat Indonesia telah jatuh ke tangan Jepang.
Penyerahan tanpa syarat oleh Letjen H. Ter Poorten selaku
Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda atas nama Angkatan Perang Sekutu kepada
Angkatan Perang Jepang di bawah pimpinan Letjen Hitosyi Imamura pada tanggal 8
Maret 1942 di Kalijati menandai berakhirnya kekuasaan pemerintahan Belanda di
Indonesia dan digantikan oleh kekuasaan Kemaharajaan Jepang. Berbeda dengan
zaman Belanda yang merupakan pemerintahan sipil maka zaman Jepang merupakan
pemerintahan militer.
Pemerintahan
militer Jepang di Indonesia terbagi atas tiga wilayah kekuasaan berikut ini :
a. Tentara XVI (Angkatan Darat) memerintah atas wilayah
Jawa dan Madura yang berpusat di Jakarta.
b. Tentara XXV (Angkatan Darat) memerintah atas wilayah
Sumatra yang berpusat di Bukittinggi.
c. Armada Selatan II (Angkatan Laut) memerintah atas
wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua berpusat di
Makassar.
Pemerintahan pada wilayah masing-masing tersebut dipimpin oleh kepala staf tentara/armada dengan gelar gunseikan (kepala pemerintahan militer) dan kantornya disebut gunseikanbu.
Masuknya tentara Jepang ke Indonesia pada awalnya
mendapat sambutan baik dari penduduk setempat. Tokoh-tokoh nasional Indonesia,
seperti Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta bersedia melakukan kerja sama dengan
pihak pendudukan Jepang. Faktor-faktor yang menyebabkan adanya kerja sama itu,
antara lain sebagai berikut.
a. Kebangkitan bangsa-bangsa
Timur. Orang Timur memandang kemenangan Jepang sebagai suatu kemenangan Asia
atas Eropa. Hal ini terpengaruh propaganda Jepang, yakni pembebasan
bangsa-bangsa Asia dari penjajahan bangsa-bangsa Barat.
b. Adanya Ramalan Jayabaya
yang hidup di kalangan rakyat bahwa akan datang orang-orang kate ( Jepang) yang
akan menguasai Indonesia selama "seumur jagung" dan sesudahnya kemerdekaan
akan dicapai.
c. Sikap keras pemerintah
Hindia Belanda menjelang akhir kekuasaannya. Pemerintah Belanda menolak Petisi
Sutardjo (1936), dan juga menolak uluran tangan GAPI dengan slogan
"Indonesia Berparlemen"(1939). Itu semua meyakinkan tokoh-tokoh
pergerakan nasional bahwa dari pihak kolonial Belanda tidak dapat diharapkan
apa-apa yang menyangkut kemerdekaan. Sebaliknya dari pihak Jepang sejak semula
telah bicara mengenai kemerdekaan bangsa-bangsa Asia.
d. Pada zaman pemerintahan
Hindia Belanda kaum nasionalis selalu ditekan, sebaliknya pada zaman pendudukan
Jepang golongan nasionalis diajak bekerja
sama. Itulah sebabnya jika zaman Hindia Belanda sebagai besar tokoh nasionalis
mengambil sikap nonkooperatif maka pada zaman pendudukan Jepang sebagian
besar mengambil sikap kooperatif.
Dengan demikian, tokoh-tokoh
pergerakan nasional dalam perjuangannya menyesuaikan diri dengan memasuki dan
bekerja sama dengan pemerintah Jepang. Di samping itu, juga ada yang menempuh
bergerak di bawah tanah, baik dengan atau tanpa menggunakan alat-alat
pemerintah Jepang.
·
INTERAKSI
BANGSA INDONESIA DENGAN JEPANG PADA MASA KOLONIAL BELANDA
Jauh hari, sebelum
berlangsungnya Perang Dunia II, telah terjadi hubungan antara tokoh-tokoh
nasionalis Indonesia dengan pihak Jepang, antara lainGatot
Mangkupraja dan Moh. Hatta. Sesudah kunjungannya ke Jepang pada akhir
tahun 1933, Gatot Mangkupraja berkeyakinan bahwa Jepang dengan gerakan Pan-Asia
mendukung pergerakkan nasional Indonesia.
Moh. Hatta adalah tokoh yang
memegang teguh paham nasionalisme. Meskipun beliau secara tegas menolak
imperialism Jepang, tetapi beliau tidak mengecam perjuangan Jepang dalam
melawan ekspansi Negara-negara Barat. Moh. Hatta bersedia bekerja sama dengan
Jepang karena beliau berkeyakinan pada ketulusan Jepang dalam mendukung
kemerdekaan Indonesia.
Faktor lain yang menyebabkan
timbulnya simpati rakyat Indonesia kepada Jepang adalah sikap keras pemerintah
Hindia Belanda menjelang akhir kekuasaannya. Pada tahun 1938, pemerintah
colonial menolak Petisi Sutardjo yang meminta pemerintahan sendiri
bagi bangsa Indonesia dalam lingkungkan kekuasaan Belanda sesudah 10 tahun.
Setahun kemudian, Belanda pun menolak usulan dari Gabungan Politik Indonesia
(GAPI) yang dirumuskan dalam slogan Indonesia Berparlemen.
Penolakan-penolakan tersebut menimbulkan keyakinan kaum pergerakan nasional
Indonesia bahwa pihak Belanda tidak akan memberikan kemerdekaan. Di lain pihak,
Jepang sejak awal sudah mengumandangkan kemerdekaan bangsa-bangsa Asia,
termasuk Indonesia.
·
KEBIJAKAN PEMERINTAHAN PENDUDUKAN
JEPANG
Pada 8 Maret 1942, Panglima
Angkatan Perang Hindia Belanda Letnan Jenderal H. Ter
Poorten menyerah tanpa syarat kepada pimpinan tentara Jepang Letnan
Jenderal Hitoshi Imamura. Hal itu menandai berakhirnya masa pemerintahan Hindia
Belanda di Indonesia dan digantikan oleh pemerintah pendudukan Jepang.
·
SISTEM POLITIK DAN PEMERINTAHAN
I.) Sistem Pemerintahan
Militer
Berbeda dengan zaman Hindia
Belanda yang hanya terdapat satu pemerintahan sipil, pada zaman pendudukan
Jepang terdapat tiga pemerintahan militer penduudukan sebagai berikut.
a.) Pemerintahan Militer
Angkatan Darat (Tentara Ke-25) untuk Sumatera, dengan pusatnya di Bukittinggi.
b.) Pemerintahan Militer
Angkatan Darat (Tentara Ke-16) untuk Jawa dan Madura, dengan pusatnya di
Jakarta.
c.) Pemerintahan Militer
Angkatan Laut (Armada Selatan Ke-2) untuk Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku,
dengan pusatnya di Makassar.
Panglima Tentara Ke-16 di
Pulau Jawa ialah Letnan Jenderal Hitoshi Imamura. Kepala Stafnya ialah Mayor
Jenderal Seizaburo Okasaki. Mereka mendapat tugas membentuk suatu pemerintahan
militer di Jawa dan kemudian diangkat sebagai Gunseikan (kepala
pemerintahan militer). Staf pemerintahan militer pusat
disebut Gunseikanbu, yang terdiri dari atas 5 macam departemen (bu), yaitu
sebagai berikut.
a.) Departemen Urusan Umum
(Sumobu),
b.) Departemen Keuangan
(Zaimubu),
c.) Departemen Perusahaan,
Industri, dan Kerajinan Tangan (Sangyobu),
d.) Departemen Lalu Lintas
(Kotsubu),
e.) Departemen Kehakiman
(Shihobu).
Pada bulan Agustus 1942,
pemerintahan militer Jepang meningkatkan penataan pemerintahan. Hal ini tampak
dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 27 tentang aturan pemerintahan daerah
dan Undang-Undang No. 28 tentang aturan
pemerintahan syú dan tókubetsu syi. Kedua undang-undang tersebut
menunjukkan dimulainya pemerintahan sipil Jepang di Pulau Jawa.
Menurut Undang-Undang No.
27, seluruh Pulau Jawa dan Madura, kecuali kõci (daerah istimewa)
Surakarta dan Yogyakarta, dibagi atas tingkatan berikut.
a.) Karesidenan (syú)
dipimpin oleh seorang syucõ.
b.) Kotapraja (syi) dipimpin
oleh seorang syicõ.
c.) Kabupaten (ken) dipimpin
oleh seorang kencõ.
d.) Kawedanan atau Distrik
(gun) dipimpin oleh seorang guncõ.
e.) Kecamatan (son) dipimpin
oleh seorang soncõ.
f.) Kelurahan atau Desa (ku)
dipimpin oleh seorang kucõ.
Meningkatnya Perang Pasifik
semakin melemahkan Angkatan Perang Jepang. Guna menahanan serangan Sekutu yang
semakin hebat, Jepang mengubah sikapnya terhadap negeri-negeri jajahannya. Di
depan Sidang Istimewa ke-82 Parlemen di Tokyo pada tanggal 16 Juni 1943,
Perdana Menteri Hideki Tojo mengeluarkan kebijakan memberikan kesempatan kepada
orang Indonesia untuk turut mengambil bagian dalam pemerintahan negara.
Selanjutnya pada tanggal 1 Agustus 1943 dikeluarkan pengumuman Saikō
Shikikan (Panglima Tertinggi) tentang garis-garis besar rencana
mengikutsertakan orang-orang Indonesia dalam pemerintahan.
Pengikutsertaan bangsa Indonesia
dimulai dengan pengangkatan Prof. Dr. Husein Djajadiningrat sebagai Kepala
Departemen Urusan Agama pada tanggal 1 Oktober 1943. Kemudian pada tanggal 10
November 1943, Mas Sutardjo Kartohadikusumo dan R.M.T.A Suryo masing-masing
diangkat menjadi syúcokan di Jakarta dan Bojonegoro. Pengangkatan
tujuh penasihat (sanyō) bangsa Indonesia dilakukan pada pertengahan bulan
September 1943, yaitu sebagai berikut.
a.) Ir. Soekarno untuk
Departemen Urusan Umum (Somubu).
b.) Mr. Suwandi dan dr.
Abdul Rasyid untuk Biro Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen Dalam Negeri
(Naimubu-bunkyōku).
c.) Prof. Dr. Mr. Supomo
untuk Departemen Kehakiman (Shihōbu).
d.) Mochtar bin Prabu
Mangkunegoro untuk Departemen Lalu Lintas (Kotsubu).
e.) Mr. Muh Yamin untuk
Departemen Propaganda (Sendenbu).
f.) Prawoto Sumodilogo untuk
Departemen Perekonomian (Sangyobu).
Pemerintah pendudukan Jepang
kemudian membentuk Badan Pertimbangan Pusat (Cuo Sangi In). Badan hal ini
bertugas mengajukan usulan kepada pemerintah serta menjawab pertanyaan
pemerintah mengenai masalah-masalah politik dan memberi saran tindakan-tindakan
yang perlu dilakukan oleh pemerintah militer Jepang di Indonesia.
II.) Pembentukan
Organisasi-Organisasi Semi Militer
Guna memperkuat barisan
pertahanan dan membantu kekuatan militer, Jepang mengeluarkan kebijakan untuk
membentuk organisasi-organisasi semi militer yang mengikutsertakan rakyat
Indonesia, antara lain sebagai berikut.
a. Seinendan
Pada tanggal 29 April 1943,
tepat pada hari ulang tahun Kaisar Jepang Hirohito, diumumkan secara resmi
pembentukan dua organisasi pemuda, yaitu seinendan dan keibodan.
Keanggotaan seinendan terbuka bagi pemuda-pemuda Asia yang berusia
antara 15-25 tahun, yang kemudian diubah menjadi batasan usia 14-22 tahun,
karena suatu kebutuhan yang mendesak. Tujuan didirikannya Seinendan adalah
untuk mendidik dan melatih para pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan
tanah airnya dengan menggunakan tangan dan kekuatannya sendiri. Tetapi, maksud
terselubung diadakannya pendidikan dan pelatihannya ini adalah guna
mempersiapkan pasukan cadangan untuk kepentingan Jepang di Perang Asia
Timur Raya.
b. Keibodan
Keibodan merupakan barisan pembantu polisi Jepang
dengan tugas-tugas kepolisian, seperti penjagaan lalu lintas dan pengaman di
desa-desa. Anggotanya ialah pemuda-pemuda yang berusia antara 20-35 tahun, yang
kemudian diubah menjadi antara 26-35 tahun. Untuk kalangan etnis Cina juga
dibentuk semacam Keibodan, yang disebut Kakyo Keibotai.
c. Heiho
Pada bulan April 1943
dikeluarkan pengumuman mengenai pembukaan kesempatan kepada para pemuda
Indonesia untuk menjadi pembantu prajurit Jepang (Heiho). Pemuda yang ingin
menjadi anggota Heiho harus memenuhi syarat-syarat kecakapan umum,
seperti berbadan sehat, berkelakuan baik, berumur antara 18-25 tahun, dan
berpendidikan serendah-rendahnya adalah Sekolah Rakyat (Sekolah Dasar).
d. Pembela Tanah Air (PETA)
PETA dibentuk atas
prakarsa Gatot Mangkupraja dan disahkan melaluiOsamu Seirei No.
44 tanggal 3 Oktober 1943. Berbeda dengan Heiho, PETA mengenal lima macam
tingkat kepangkata, sebagai berikut ini.
*Komandan Batalion
(Daidanco), dipilih dari kalangan tokoh-tokoh masyarakat, seperti pegawai
pemerintah, pemimpin agama, pamong praja, politikus, dan penegak hokum.
*Komandan Kompi (Cudanco),
dipilih dari kalangan yang telah bekerja, tetapi belum mencapai pangkat yang
tinggi, seperti guru sekolah dan juru tulis.
*Komandan Peleton
(Shodanco), dipilih dari kalangan pelajar-pelajar sekolah lanjutan tingkat
pertama atau sekolah lanjutan tingkat atas.
*Komandan Regu (Budanco) dan
Komandan Pasukan Sukarela (Giyuhei), dipilih dari kalangan pemuda dari
tingkatan Sekolah Dasar.
Dalam perkembangannya,
ternyata banyak sekali anggota PETA di beberapa daidan (battalion)
yang merasa kecewa terhadap pemerintah pendudukan Jepang. Kekecewaan tersebut
menimbulkan pemberontakan. Pemberontakan PETA di Blitar pada tanggal 14
Februari 1945 yang dipimpin oleh Supriyadi dan Muradi.
e. Fujinkai
Selain pemuda, juga
dilakukan pembentukan organisasi kaum wanita. Pada bulan Agustus 1943,
dibentuklah Fujinkai (Himpunan Wanita) yang usianya minimal adalah 15
tahun. Organisasi ini bertugas untuk mengerahkan tenaga perempuan turut serta
dalam memperkuat pertahanan dengan cara mengumpulkan dana wajib. Dana wajib
dapat berupa perhiasan, bahan makanan, hewan ternak ataupun keperluan-keperluan
lainnya yang digunakan untuk perang.
·
Kebijakan
Sosial dan Ekonomi
Dalam rangka “menjepangkan”
bangsa Indonesia, Jepang melakukan beberapa peraturan. Dalam Undang-Undang No.
4 ditetapkan hanya bendera Jepang, Hinomaru, yang boleh dipasang pada
hari-hari besar dan hanya lagu kebangsaan Kimigayo yang boleh
diperdengarkan. Sejak tanggal 1 April 1942 ditetapkan harus menggunakan waktu
(jam) Jepang. Perbedaan waktu antara Tokyo dan Jawa adalah 90 menit. Kemudian
mulai tanggal 29 April 1942 ditetapkan bahwa kalender Jepang yang
bernama Sumera. Tahun 1942 kalender Masehi, sama dengan tahun 2602Sumera.
Demikian juga setiap tahun rakyat Indonesia diwajibkan untuk merayakan hari
raya Tancōsetsu, yaitu hari lahirnya Kaisar Hirohito.
Dalam situasi perang, Jepang
berkepentingan untuk membangun berbagai sarana, seperti kubu-kubu pertahanan,
benteng, jalan-jalan, dan lapangan udara. Untuk itu, perlu tenaga kasar yang
disebut romusha.
Bentuk kerja paksa seperti
halnya pada masa pemerintahan Hindia Belanda (Kerja Rodi) juga terjadi
pada masa pendudukan bala tentara Jepang, yang disebut dengan Romusha. Para
tenaga kerja paksa ini dipaksa sebagai tenaga pengangkut bahan tambang (batu
bara) , pembuatan rel kereta api serta mengangkut hasil hasil perkebunan.Tidak
terhitung berapa ratus ribu bahkan jutaan rakyat Indonesia yang menjadi korban
romusha. Untuk menarik simpati bangsa Indonesia terhadap Romusha, Jepang
menyebut romusha sebagai “Pahlawan Pekerja/Prajurit Ekonomi”.
Para romusha diperlakukan
dengan sangat buruk. Mulai dari pagi buta hingga petang, mereka dipaksa untuk
melakukan pekerjaan kasar tanpa makanan dan perawatan. Oleh karena itu, kondisi
fisiknya menjadi sangat lemah sehingga banyak yang menderita berbagai jenis
penyakit, bahkan meninggal dunia di tempat kerjanya. Belum lagi siksaan bagi
yang melawan mandor-mandor Jepang, seperti cambukan, pukulan-pukulan, dan
bahkan tidak segan-segan tentara Jepang menembak para pembangkang tersebut.’
Untuk mendukung kekuatan dan
kebutuhan perangnya, pemerintah Jepang mengambil beberapa kebijakan ekonomi,
antara lain.
I.) Pengambilan Aset-Aset
Pemerintah Hindia Belanda
Aset-aset yang ditinggalkan
oleh pemerintah colonial Belanda disita dan menjadi milik pemerintah pendudukan
Jepang, seperti perkebunan, bank-bank, pabrik-pabrik, pertambangan, sarana
telekomunikasi, dan perusahaan transportasi.
II.) Kontrol terhadap
Perkebunan dan Pertanian Rakyat
Tidak semua tanaman
perkebunan dan pertanian sesuai dengan kepentingan perang. Hanya beberapa
tanaman saja yang mendapat perhatian pemerintah pendudukan Jepang, seperti
karet dan kina, serta Jarak. Kopi, teh, dan tembakau hanya dikategorikan
sebagai tanaman kenikmatan dan kurang berguna bagi keperluan perang sehingga
perkebunan ketiga tanaman tersebut banyak digantikan dengan tanaman penghasil
bahan makanan dan tanaman jarak yang berguna sebagai pelumas mesin pesawat
tentara Jepang.
III.) Kebijakan Moneter dan
Perdagangan
Pemerintah pendudukan Jepang
menetapkan bahwa mata uang yang berlaku, tetap menggunakan gulden atau rupiah
Hindia Belanda. Tujuannya adalah agar harga barang-barang tetap dapat
dipertahankan seperti sebelum terjadinya perang.
Perdagangan pada umumnya
lumpuh dikarenakan menipisnya persediaan barang-barang di pasaran.
Barang-barang yang dibutuhkan oleh rakyat didistribusikan melalui penyalur yang
ditunjuk agar dapat dilakukan pengendalian harga.
IV.) Sistem Ekonomi Perang
Dalam situasi perang, setiap
daerah harus menetapkan sistem ekonomiautarki, yaitu sistem ekonomi yang
mengharuskan setiap daerah berupaya memenuhi kebutuhan pokoknya sendiri, tanpa
mengandalkan bantuan dari daerah lain. Setiap daerah autarki mempunyai tugas
pokok memenuhi kebutuhan pokok sendiri untuk tetap bertahan dan mengusahakan
memproduksi barang-barang untuk keperluan perang.
·
PEMBAGIAN
3 WILAYAH INDONESIA OLEH JEPANG
Masa pendudukan Jepang di Indonesia berbeda dengan masa
penjajahan Belanda pada penjajahan Belanda pemerintah di pegang oleh pemerintah
sipil sedangkan massa pendudukan Jepang di pimpin oleh militer dalam
menjalankan pemerintahannya di Indonesia di bagi dalam 3 wilayah kekuasaan
militer yaitu sebagai berikut :
a. Wilayah I, meliputi P. Jawa dan Madura dengan pusat komando pertahanan di Batavia dipimpin oleh ke-16 AD
b. Wilayah II, meliputi P. Sumatera dan Kepulauan di sekitarnya dengan pusat komando pertahanan di bukit tinggi dipimpin oleh tentara ke-25 AD.
c. Wilayah III, meliputi p. Kalimantan, sulawesi, sulawesi, maluku, bali dan nusa tenggara dengan pusat komando pertahanan di makasar dipimpin oleh Armada Selatan ke-2 Al di Makassar.
a. Wilayah I, meliputi P. Jawa dan Madura dengan pusat komando pertahanan di Batavia dipimpin oleh ke-16 AD
b. Wilayah II, meliputi P. Sumatera dan Kepulauan di sekitarnya dengan pusat komando pertahanan di bukit tinggi dipimpin oleh tentara ke-25 AD.
c. Wilayah III, meliputi p. Kalimantan, sulawesi, sulawesi, maluku, bali dan nusa tenggara dengan pusat komando pertahanan di makasar dipimpin oleh Armada Selatan ke-2 Al di Makassar.
·
UPAYA
JEPANG YANG MELIBATKAN RAKYAT INDONESIA
Jepang yang menanamkan bangsa dan negerinya Nippon
berusaha mengarahkan semua di Indonesia untuk mendukung dalam perang melawan sekutu,
selain itu Jepang berupaya untuk mempertahankan wilayah Indonesia dari ancaman
sekutu dengan cara melibatkan rakyat Indonesia dalam beberapa organisasi antara
lain :
a. Gerakan Tiga A
Dibentuk pada tanggal 29 April 1942 yang diketuai oleh Mr. Syamsudin latar belakang pendirian gerakan tiga A adalah membantu Jepang dalam menghadapi sekutu.
- Nippon Cahaya Asia
- Nippon Pelindung Asia
- Nippon Pemimpin Asia
b. Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Dipimpin oleh empat serngkai, yakni Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, ki Hadjar Dewantara dan K.H. Mas mansur. Dibentuk pada bulan agustus 1942 dan diresmikan pada tanggal 1 Maret 1943, tujuannya untuk Jepang ialah untuk memusatkan seluruh kekuatan rakyat dalam rangka membantu usaha jepang.
c. Cholo Sangi In (Badang Pertimbangan Pusat)
Dibentuk tanggal 3 september 1943, diketuai Jenderal Tojo (Perdana Menteri jepang), anggota berjumlah 43 orag, 23 orang diangkat Jepang 18 orang utusan kresidenan dan kotapraja jakarta raya, dan 2 orang utusan di Yogyakarta dan surakarta.
d. Jawa Kokokai
Pada tahun 1944, panglima tentara Jepang yang menduduki jawa menyatakan berdirinya organisasi "jawa hokokai' atau Himpunan kebaktian Jawa, sebagai organisasi resmi pemerintah. Tugas mengerahkan rakyat untuk mengumpulkan padi, permata, besi tua, pajak, dan menanam tamanan jarak sebagai bahan baku minyak pelumas untuk jepang.
EKSPLOITASI SUMBER DAYA ALAM DAN TENAGA KERJA INDONESIA OLEH JEPANG
a. Gerakan Tiga A
Dibentuk pada tanggal 29 April 1942 yang diketuai oleh Mr. Syamsudin latar belakang pendirian gerakan tiga A adalah membantu Jepang dalam menghadapi sekutu.
- Nippon Cahaya Asia
- Nippon Pelindung Asia
- Nippon Pemimpin Asia
b. Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Dipimpin oleh empat serngkai, yakni Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, ki Hadjar Dewantara dan K.H. Mas mansur. Dibentuk pada bulan agustus 1942 dan diresmikan pada tanggal 1 Maret 1943, tujuannya untuk Jepang ialah untuk memusatkan seluruh kekuatan rakyat dalam rangka membantu usaha jepang.
c. Cholo Sangi In (Badang Pertimbangan Pusat)
Dibentuk tanggal 3 september 1943, diketuai Jenderal Tojo (Perdana Menteri jepang), anggota berjumlah 43 orag, 23 orang diangkat Jepang 18 orang utusan kresidenan dan kotapraja jakarta raya, dan 2 orang utusan di Yogyakarta dan surakarta.
d. Jawa Kokokai
Pada tahun 1944, panglima tentara Jepang yang menduduki jawa menyatakan berdirinya organisasi "jawa hokokai' atau Himpunan kebaktian Jawa, sebagai organisasi resmi pemerintah. Tugas mengerahkan rakyat untuk mengumpulkan padi, permata, besi tua, pajak, dan menanam tamanan jarak sebagai bahan baku minyak pelumas untuk jepang.
EKSPLOITASI SUMBER DAYA ALAM DAN TENAGA KERJA INDONESIA OLEH JEPANG
Pemerintah pendudukan Jepang merupakan pemerintahan
militer. Oleh karena itu, sesuai dengan keadaan perang pada saat itu, semua
jenis kegiatan diarahkan untuk kepentingan perang. Pemerintah pendudukan Jepang
telah melakukan eksploitasi secara besar-besaran terhadap sumber daya alam
Indonesia serta tenaga manusia yang ada demi memenangkan perang melawan sekutu.
1. Cara-cara Jepang di Indonesia mengeksploitasi sumber kekayaan alam
a. Petani harus menyerahkan hasil panen, ternak dan harta milik serta mereka yang lain kepada pendudukan Jepang untuk biaya perang asia pasifik.
b. Hasil kekayaan alam di Indonesia yang berupa hasil tambang perkebunan dan hutan di angkut ke jepang.
c. Jepang memaksa penduduk untuk menanam pohon jarak pada lahan pertanian.
2. Cara I Jepang di indonesia mengeksploitasi tenaga kerja
a. Romusha, kerja paksa tanpa upah.
b. Kinrohosi, kerja paksa tanpa upah bagi tokoh masyarakat
c. Wajib Militer
1) Seinendan (Barisan Pemuda) dibentuk tanggal 9 Maret 1943 bertugas sebagai tentara melawan sekutu.
2) Keibodan (Barisan pembantu polisi) dibentuk pada tanggal 29 April 1943 bertugas menjaga keamanan desa.
3) Fujinkai (Barisan wanita) dibentuk agustus 1943 bertugas sebagai anggota palang merah dan sebagai wanita penghibur.
4) Jawa Hokokai (Pehimpunan kebaktian Raya Jawa) dikebumikan 1 maret 1944.
5) Suishintai (Barisan Pelopor)
6) Heiho (Pembantu Prajurit Jepang)
7) Peta (Pembela Tanah Air)
1. Cara-cara Jepang di Indonesia mengeksploitasi sumber kekayaan alam
a. Petani harus menyerahkan hasil panen, ternak dan harta milik serta mereka yang lain kepada pendudukan Jepang untuk biaya perang asia pasifik.
b. Hasil kekayaan alam di Indonesia yang berupa hasil tambang perkebunan dan hutan di angkut ke jepang.
c. Jepang memaksa penduduk untuk menanam pohon jarak pada lahan pertanian.
2. Cara I Jepang di indonesia mengeksploitasi tenaga kerja
a. Romusha, kerja paksa tanpa upah.
b. Kinrohosi, kerja paksa tanpa upah bagi tokoh masyarakat
c. Wajib Militer
1) Seinendan (Barisan Pemuda) dibentuk tanggal 9 Maret 1943 bertugas sebagai tentara melawan sekutu.
2) Keibodan (Barisan pembantu polisi) dibentuk pada tanggal 29 April 1943 bertugas menjaga keamanan desa.
3) Fujinkai (Barisan wanita) dibentuk agustus 1943 bertugas sebagai anggota palang merah dan sebagai wanita penghibur.
4) Jawa Hokokai (Pehimpunan kebaktian Raya Jawa) dikebumikan 1 maret 1944.
5) Suishintai (Barisan Pelopor)
6) Heiho (Pembantu Prajurit Jepang)
7) Peta (Pembela Tanah Air)
PERGERAKAN MASSA DAN PERLAWANAN
TERHADAP JEPANG
Ada dua strategi yang digunakan para pejuang Indonesia dalam menghadapi pemerintah penduduk Jepang, yakni :
1. Kooperatif, cara bekerja sama dengan Jepang, dengan mengikuti organisasi-organisasi Jepang. Dengan demikian mereka mendapat pelajaran militer dari organisasi-organisasi tersebut.
2. Non kooperatif penduduk strategi non kooperatif, tidak mau bekerjasama dengan Jepang mereka membentuk organisasi, antara lain :
a. Kelompok Syahrir, beranggotakan kaum terpelajar di berbagai kota.
b. Kelompok Amir Syarifudin yang antifasis dan menolak bekerja sama dengan Jepang
c. Golongan Persatuan Mahasiswa yang sebagian besar anggotanya adalah mahasiswa kedokteran
d. Kelompok Sukarni, yang anggotanya antara lain Adam Malik, Pandu Wiguna, Chaerul Saleh dan Maruto Mitimiharjo
e. Golongan Kaigun, yang anggotanya bekerja pada angkatan laut Jepang
f. Pemuda Menteng, yang bermarkas di Gedung Menteng 31 Jakarta.
Perlawanan bersenjata yang dilakukan oleh rakyat Indonesia
1. Perlawanan rakyat Cot Plieng dekat Lhok Seumawe – Aceh
Perlawanan ini terjadi pada tanggal 10 November 1942 Tengku Abdul Jalil.
2. Pemberontakan di Singaparna, Tasikmalaya pimpinan K.H. Zainal Mustafa, hari jum’at tanggal 25 Februari 1944.
3. Pemberontakan rakyat dibiak
4. Pemberontakan rakyat di indramayu
DAMPAK PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA
Pendudukan Jepang di Indonesia memberikan dampak positif dan dampak negatif adapun dampak tersebut adalah sebagai berikut :
1. Dampak positif
a. Rakyat Indonesia mempunyai rasa disiplin yang diterapkan Jepang
b. Rakyat Indonesia dapat berorganisasi
2. Dampak Negatif
a. Bidang sosial
- Kondisi ekonomi rakyat yang semakin menurun
- Kehidupan rakyat Indonesia di pedesaan makin parah
b. Bidang ekonomi
- Perampasan kekayaan rakyat
- Produksi pertanian makin menurun
- Sandang pangan sulit didapatkan
c. Bidang Politik
Tokoh-tokoh pergerakan nasional ditindas karena tidak mau bekerja sama dengan jepang.
AKHIR KEKUASAAN JEPANG DI INDONESIA
Pendudukan Jepang di Indonesia memberikan dampak positif dan dampak negatif adapun dampak tersebut adalah sebagai berikut :
1. Dampak positif
a. Rakyat Indonesia mempunyai rasa disiplin yang diterapkan Jepang
b. Rakyat Indonesia dapat berorganisasi
2. Dampak Negatif
a. Bidang sosial
- Kondisi ekonomi rakyat yang semakin menurun
- Kehidupan rakyat Indonesia di pedesaan makin parah
b. Bidang ekonomi
- Perampasan kekayaan rakyat
- Produksi pertanian makin menurun
- Sandang pangan sulit didapatkan
c. Bidang Politik
Tokoh-tokoh pergerakan nasional ditindas karena tidak mau bekerja sama dengan jepang.
AKHIR KEKUASAAN JEPANG DI INDONESIA
Pada akhir tahun 1944, Jepang semakin terdesak, beberapapusat pertahanan di Jepang termasuk kepulauan saipan jatuh ke tangan Amerika Serikat.
Terdesaknya pasukan Jepang diberbagai front menjadi berita menggembirakan bagi bangsa Indonesia. Harapan bangsa Indonesia agar terjadi perubahan sikap terhadap penguasa Jepang ternyata terwujud.
Jepang semakin terpuruk, semangat tempur tentara Jepang makin merosot dan persediaan senjata dan amunisi terus berkurang dan banyak kapal perang yang hilang, keadaan semakin diperburuk dengan perlawanan rakyat yang semakin menyala. Pada tanggal 17 Jui 1944, Jenderal Nideki Tojo diganti oleh Jenderal Koniaki Koiso. Pada tanggal 7 september 1994 jenderal koiso memberikan janji kemerdekaan kepada Indonesia dikemudian hari.
Pada 1 Maret 1945, panglima Jepang letnan jenderal kumakici horada mengumumkan pembentukan badan penyelidikan usaha-usaha persiapan kemerdekan Indonesia (BPUPKI)
Seiring berjalannya BPUPKI pada tanggal 6 Agustus 1945 kota Hirosima dibom atom oleh sekutu dan pada tanggal 7 Agustus 1945 dibubarkannya BPUPKI dan dibentuklah PPKI (Panitia persiapan kemerdekana Indonesia). PPKI yang dipimpin oleh ir. Soekarno beserta Moh. Hatta dan Dr. Rajiman Widyadiningrat berangkat ke dalat, vietnam pada 2 Agustus 1945 bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kemerdekaan Indonesia. Bersamaan dengan itu ktoa nagasaki dibom atom oleh sekutu. Akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu dan berakhirnya juga masa pendudukan Jepang di Indonesia.
KESIMPULAN
Pada awalnya kedatangan Jepang disambut baik oleh bangsa Indonesia, namun sambutan hangat ini dibalas dengan tindakan-tindakan yang menyengsarakan rakyat.
Jepang berupaya untuk mempertahankan wilayah Indonesia dari ancaman sekutu, yaitu dengan cara melibatkan rakyat Indonesia dalam beberapa organisasi Gerakan Tiga A, PUTERA, Cholo Sangi In dan Jawa Kosakai.
Ada 2 strategi yang digunakan para pejuang Indonesia dalam menghadapi pemerintah penduduk Jepang, yakni kooperatif dan non kooperatif penduduk strategi non kooperatif
Pendudukan Jepang di Indonesia memberikan dampak positif dan dampak negatif, dampak positifnya rakyat Indonesia mempunyai rasa disiplin yang diterapkan Jepang dan rakyat Indonesia dapat berorganisasi sedangkan dampak negatifnya pada bidang sosial berupa kondisi ekonomi rakyat yang semakin menurun dan kehidupan rakyat Indonesia di pedesaan makin parah, bidang ekonomi berupa perampasan kekayaan rakyat, produksi pertanian makin menurun dan sandang pangan sulit didapatkan serta bidang politik,
JEPANG MEMAKSA MENANAM JARAK UNTUK APA??????
ReplyDelete