Search This Blog

Tuesday, 17 February 2015

MAKALAH Awal Pergerakan Organisasi Keagamaan



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk yang unik yakni dapat sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia pasti membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan yang dimaksud tidak hanya kebutuhan pokok seperti sandang, papan dan pangan. Kebutuhan ini juga mencakup kebutuhan spiritual, dalam hal ini adalah agama. Suatu manusia yang telah memiliki agama, maka ia akan membentuk atau mengikuti organisasi agama tertentu yang dianutnya. Ekspresi sosial dari ajaran serta kepercayaan agama dihidupkan dan dipelihara oleh adanya organisasi keagamaan. Tidak ada satu agamapun yang dapat hidup terus tanpa organisasi keagamaan. Benar seseorang dapat menciptakan gagasan religious dan mengubah ritual yang kuno secara individual, tetapi ia dipengaruhi dan mempengaruhi yang lain melalui organisasi keagamaan. Keberadaan organisasi keagamaan kadang-kadang tidak disadari oleh para anggotanya, karena lahir dan bereksistensi secara alamiah dengan simultan dengan kebutuhan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah
1.   Bagaimana konsep organisasi agama secara umum?
2.   Bagaimana awal pergerakan Indonesia dalam Organisasi Keagamaan?

1.3 Tujuan Pembuatan makalah ini adalah
1.     Mampu menjelaskan konsep organisasi agama secara umum
2.     Untuk menambah wawasan murid tentang awal pergerakan Indonesia dalam Organisasi Keagamaan.



BAB 2
PEMBAHASAN
2.1Konsep Organisasi Agama
Masyarakat sederhana biasanya tidak memiliki organisasi agama secara terpisah. Kelompok agama juga dapat disebut sebagai komunitas. Fenomena keagamaan terjalin dalam berbagai kegiatan, mulai dari kehidupan keluarga sampai bidang-bidang sosioekonomi. Dalam masyarakat-masyarakat yang kompleks organisasi agama diperlukan demi terselenggaranya pertemuan, pengajaran, ritual dan untuk menjalin hubungan antar anggota secara internal maupun antar kelompok dalam masyarakat. Organisasi kegamaan yang formal umumnya baru dijumpai pada masyarakat yang telah berkembang diferensiasi, spesialisasi dan stratifikasi sosialnya. Kehadiran organisasi keagamaan yang khusus seperti itu sebagai konsensi dan meningkatnya spesifikasi dan pembagaian kerja sebagai atribut masyarakat. Tipe hubungan antara diferensiasi agama dengan organisasi keagamaan (Ronald Roberston):
1.     Tipe 1 adalah hubungan agama dengan masyarakat luas, terdapat di bagian dunia industry.   Agama secara organisasi terpisah dari kehidupan ekonomi, politik dan pendidikan. Pada masyarakat ini, pembagian kerja dan spesialisasi telah berkembang secara lanjut.
2.     Tipe 2 adalah secara historis sering terdapat di kerajaan yang menganut agama negara, dan system birokratis sentral seperti Mesir yang mempunyai kecenderungan melaksanakan teokrasi secara ketat. Agama terorganisir pada tingkat pemerintahan difusikan dalam kehidupan politik, ekonomi, pendidikan dan kegiatan lain. Hal itu juga terdapat pada masyarakat Roma Katolik apda jaman modern seperti di daerah Portugal dan Spanyol. Demikian pula beberapa masyarakat muslim, memperlihatkan tipe ini. Masyarakat muslim umumnya cenderung diorganisir relative tidak memisahkan kegiatan agama dan non-agama.
3.     Tipe 3, relative jarang, contohnya adalah kelompok pengikut sekte agama di Amerika Serikat yang terpisah dari suasana aktivitas yan terorganisir, hanya menyebarkan literature agama dan sewaktu-waktu berkumpul.
4.     Tipe 4 terdapat di masyarakat primitif, dimana diantara kegiatan agama dan kegiatan lainnya erat hubungannya. Agama tidak terpisah dari kegiatan lainnya. Tetapi tidak ada organisasi keagamaan yang khusus, terpisah.
2.2 Awal Pergerakan Indonesia Dalam Organisasi Keagamaan.
a.     Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912. Asas perjuangannya ialah Islam dan kebangsaan Indonesia, sifatnya nonpolitik. Muhammadiyah bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, dan sosial menuju kepada tercapainya kebahagiaan lahir batin.
Tujuan Muhammadiyah ialah sebagai berikut.
1) memajukan pendidikan dan pengajaran berdasarkan agama Islam;
2) mengembangkan pengetahuan ilmu agama dan cara-cara hidup menurut agama Islam.
Untuk mencapai tujuan tersebut, usaha yang dilakukan oleh Muhammadiyah adalah sebagai berikut:
a.     mendirikan sekolah-sekolah yang berdasarkan agama Islam ( dari TK sampai
             dengan perguruan tinggi);
b.     mendirikan poliklinik-poliklinik, rumah sakit, rumah yatim, dan masjid;
c.      menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan.

Muhammadiyah berusaha untuk mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadis. Itulah sebabnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran agama Islam secara modern dan memperteguh keyakinan tentang agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenarnya. Kegiatan Muhammadiyah juga telah memperhatikan pendidikan wanita yang dinamakan Aisyiah, sedangkan untuk kepanduan disebut Hizbut Wathon  ( HW )
Sejak berdiri di Yogyakarta (1912) Muhammadiyah terus mengalami perkembangan yang pesat. Sampai tahun 1913, Muhammadiyah telah memiliki 267 cabang yang tersebar di Pulau Jawa. Pada tahun 1935, Muhammadiyah sudah mempunyai 710 cabang yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.

b.     Nahdlatul 'Ulama

K.H. Hasyim Asyhari, Rais Akbar (ketua) pertama NU.


Nahdatul Ulama disingkat NU, yang merupakan suatu jam’iyah Diniyah Islamiyah yang berarti Organisasi Keagamaan Islam. Didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 M/16 Rajab 1344 H yang didirikan oleh Kyai Haji Hasyim Ashari. Organisasi ini merupakan salah satu organisasi terbesar di Indonesia dewasa ini. Tujuan organisasi ini terkait dengan masalah sosial, ekonomi, dan pendidikan. NU mempersatukan solidaritas ulama tradisional dan para pengikut mereka yang berfaham salah satu dari empat mazhab Fikih Islam Sunni terutama Mazhab Syafi’i. Basis sosial Nu dahulu dan kini terutama masih berada di pesantren.
Khittah NU 1926 menyatakan tujuan NU sebagai berikut:
1.     Meningkatkan hubungan antar ulama dari berbagai mazhab sunni
2.     Meneliti kitab-kitab pesantren untuk menentukan kesesuaian dengan    ajaran ahlusunnah wal-jama’ah
3.     Meneliti kitab-kitab di pesantren untuk menentukan kesesuaiannya dengan ajaran ahlusunnah wal-jama’ah
4.     Mendakwahkan Islam berdasarkan ajaran empat mazhab
5.     Mendirikan Madrasah, mengurus masjid, tempat-tempat ibadah, dan pondok pesantren, mengurus yatim piatu dan fakir miskin
6.     Dan membentuk organisasi untuk memajukan pertanian, perdagangan, dan industri yang halal menurut hukum Islam
Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme, merespon kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan "Nahdlatul Fikri" (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.
Untuk menegaskan prisip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasyim Asy'ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.





c.      Majelis Islam A'la Indonesia
  

Ternyata Jepang masih membutuhkan bantuan dan tenaga umat Islam. Hl ini terbukti dengan diaktifkannya kembali MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia) pada tanggal 4 September 1942. Pengaktifan kembali MIAI ini diharapkan dapat memobilisasi gerakan umat Islam untuk menopang keperluan perang.
Dengan semboyan "Berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah dan janganlah berpecah belah", MIAI berkembang menjadi organisasi yang cukup penting pada masa pendudukan Jepang. Adapun tugas MIAI  di masa Jepang antara lain sebagai berikut :
a.     Menempatkan umat Islam pada kedudukan yang layak dalam masyarakat.
b.     Mengharmoniskan Islam dengan kebutuhan perkembangan jepang.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, MIAI membuat perencanaan program yang menitik beratkan pada tercapainya tujuan yang bersifat sosio-religius. Adapun perincian program MIAI sebagai berikut :
1.     Menyelamatkan dan memelihara kehormatan dan kejayaan umat Islam.
2.     Membangun masyarakat muslim yang mampu memelihara perdamaian dan    menciptakan kesejahteraan rakyat.
3.     Meningkatkan pengurusan semua masalah penting kaum muslim seperti : perkawinan, waris, masjid, zakat, pendidikan dan pengajaran, penyiaran dan wakaf, serta kesejahteraan fakir miskin.
4.     Membantu Jepang dan bekerja untuk Asia Raya.
Dalam upaya pelaksanaan program tersebut MIAI memusatkan perhatiannya pada tiga proyek utama, yaitu membangun Masjid Agung di Jakarta, melanjutkan upaya pendirian Universitas Islam, dan membentuk baitulmal.
Pada bulan Mei 1943, MIAI membentuk Majelis Pemuda dan Keputrian. Majelis Pemuda dipimpin oleh Ir. Safwan, dengan sektretaris H.M. Effendi, dan penasihat Dr. Abu Hanifah. Sedangkan Keputrian dipimpin oleh Siti Nurjanah sebagai ketua dan Ny. Radian Anwar sebagai sekretaris.















BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan:
 Organisasi agama terbentuk atas dasar sifat unik manusia yang sosial. Organisasi    agama terjalin dalam berbagai kegiatan mulai dari kehidupan keluarga sampai dengan bidang sosial ekonomi. Pada masyarakat yang kompleks organisasi agama diperlukan untuk menyelenggarakan pertemuan, pengajaran, ritual dan menjalin hubungan antar anggota organisasi tersebut dengan baik.
3.2 Saran:
Kami sarankan agar para pemuda Indonesia agar memiliki rasa untuk berorganisasi dan memiliki rasa nasionalisme yang besar dan menjaga Negara kita dengan baik dan sejahtera. Walau pun kita berbeda agama tetapi kita harus saling menghormati satu dengan yang lainnya tidak agar tercipta suasana yang bahagia














No comments:

Post a Comment