BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Manusia
merupakan makhluk yang unik yakni dapat sebagai makhluk individu maupun makhluk
sosial. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia pasti membutuhkan orang lain
untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan yang dimaksud tidak hanya kebutuhan
pokok seperti sandang, papan dan pangan. Kebutuhan ini juga mencakup kebutuhan
spiritual, dalam hal ini adalah agama. Suatu manusia yang telah memiliki agama,
maka ia akan membentuk atau mengikuti organisasi agama tertentu yang dianutnya.
Ekspresi sosial dari ajaran serta kepercayaan agama dihidupkan dan dipelihara
oleh adanya organisasi keagamaan. Tidak ada satu agamapun yang dapat hidup
terus tanpa organisasi keagamaan. Benar seseorang dapat menciptakan gagasan
religious dan mengubah ritual yang kuno secara individual, tetapi ia
dipengaruhi dan mempengaruhi yang lain melalui organisasi keagamaan. Keberadaan
organisasi keagamaan kadang-kadang tidak disadari oleh para anggotanya, karena
lahir dan bereksistensi secara alamiah dengan simultan dengan kebutuhan
masyarakat.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana konsep organisasi agama secara
umum?
2. Bagaimana awal pergerakan Indonesia dalam Organisasi Keagamaan?
1.3 Tujuan
Pembuatan makalah ini adalah
1.
Mampu menjelaskan
konsep organisasi agama secara umum
2.
Untuk menambah
wawasan murid tentang awal pergerakan Indonesia dalam Organisasi Keagamaan.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1Konsep
Organisasi Agama
Masyarakat sederhana biasanya tidak memiliki
organisasi agama secara terpisah. Kelompok agama juga dapat disebut sebagai
komunitas. Fenomena keagamaan terjalin dalam berbagai kegiatan, mulai dari
kehidupan keluarga sampai bidang-bidang sosioekonomi. Dalam
masyarakat-masyarakat yang kompleks organisasi agama diperlukan demi
terselenggaranya pertemuan, pengajaran, ritual dan untuk menjalin hubungan
antar anggota secara internal maupun antar kelompok dalam masyarakat.
Organisasi kegamaan yang formal umumnya baru dijumpai pada masyarakat yang telah
berkembang diferensiasi, spesialisasi dan stratifikasi sosialnya. Kehadiran
organisasi keagamaan yang khusus seperti itu sebagai konsensi dan meningkatnya
spesifikasi dan pembagaian kerja sebagai atribut masyarakat. Tipe hubungan antara diferensiasi agama
dengan organisasi keagamaan (Ronald
Roberston):
1.
Tipe 1 adalah hubungan agama dengan masyarakat luas,
terdapat di bagian dunia industry. Agama secara organisasi terpisah dari
kehidupan ekonomi, politik dan pendidikan. Pada masyarakat ini, pembagian kerja
dan spesialisasi telah berkembang secara lanjut.
2. Tipe
2 adalah secara historis
sering terdapat di kerajaan yang menganut agama negara, dan system birokratis
sentral seperti Mesir yang mempunyai kecenderungan melaksanakan teokrasi secara
ketat. Agama terorganisir pada tingkat pemerintahan difusikan dalam kehidupan
politik, ekonomi, pendidikan dan kegiatan lain. Hal itu juga terdapat pada
masyarakat Roma Katolik apda jaman modern seperti di daerah Portugal dan
Spanyol. Demikian pula beberapa masyarakat muslim, memperlihatkan tipe ini.
Masyarakat muslim umumnya cenderung diorganisir relative tidak memisahkan
kegiatan agama dan non-agama.
3. Tipe
3, relative jarang,
contohnya adalah kelompok pengikut sekte agama di Amerika Serikat yang terpisah
dari suasana aktivitas yan terorganisir, hanya menyebarkan literature agama dan
sewaktu-waktu berkumpul.
4. Tipe
4 terdapat di masyarakat
primitif, dimana diantara kegiatan agama dan kegiatan lainnya erat hubungannya.
Agama tidak terpisah dari kegiatan lainnya. Tetapi tidak ada organisasi
keagamaan yang khusus, terpisah.
2.2 Awal
Pergerakan Indonesia Dalam Organisasi Keagamaan.
a. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan di
Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912. Asas perjuangannya ialah Islam dan kebangsaan
Indonesia, sifatnya nonpolitik. Muhammadiyah bergerak di bidang keagamaan,
pendidikan, dan sosial menuju kepada tercapainya kebahagiaan lahir batin.
Tujuan Muhammadiyah ialah sebagai berikut.
1) memajukan pendidikan dan
pengajaran berdasarkan agama Islam;
2) mengembangkan pengetahuan ilmu
agama dan cara-cara hidup menurut agama Islam.
Untuk
mencapai tujuan tersebut, usaha yang dilakukan oleh Muhammadiyah adalah sebagai
berikut:
a. mendirikan
sekolah-sekolah yang berdasarkan agama Islam ( dari TK sampai
dengan perguruan tinggi);
b. mendirikan
poliklinik-poliklinik, rumah sakit, rumah yatim, dan masjid;
c. menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan keagamaan.
Muhammadiyah
berusaha untuk mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadis. Itulah
sebabnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran agama Islam secara modern
dan memperteguh keyakinan tentang agama Islam sehingga terwujud masyarakat
Islam yang sebenarnya. Kegiatan Muhammadiyah juga telah memperhatikan
pendidikan wanita yang dinamakan Aisyiah, sedangkan untuk kepanduan disebut
Hizbut Wathon ( HW )
Sejak berdiri di Yogyakarta (1912)
Muhammadiyah terus mengalami perkembangan yang pesat. Sampai tahun 1913,
Muhammadiyah telah memiliki 267 cabang yang tersebar di Pulau Jawa. Pada tahun
1935, Muhammadiyah sudah mempunyai 710 cabang yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatra,
Kalimantan dan Sulawesi.
b. Nahdlatul
'Ulama
K.H. Hasyim
Asyhari, Rais Akbar (ketua) pertama NU.
Nahdatul Ulama disingkat NU, yang merupakan suatu jam’iyah
Diniyah Islamiyah yang berarti Organisasi Keagamaan Islam. Didirikan
di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 M/16 Rajab 1344 H yang didirikan oleh Kyai Haji Hasyim Ashari. Organisasi ini merupakan salah satu organisasi
terbesar di Indonesia dewasa ini.
Tujuan organisasi ini terkait dengan masalah sosial, ekonomi, dan pendidikan. NU mempersatukan solidaritas ulama tradisional dan para
pengikut mereka yang berfaham salah satu dari empat mazhab Fikih Islam Sunni
terutama Mazhab Syafi’i. Basis sosial Nu dahulu dan kini terutama masih berada
di pesantren.
Khittah NU 1926 menyatakan tujuan NU sebagai berikut:
1. Meningkatkan hubungan antar ulama
dari berbagai mazhab sunni
2. Meneliti kitab-kitab pesantren untuk
menentukan kesesuaian dengan ajaran ahlusunnah
wal-jama’ah
3. Meneliti kitab-kitab di pesantren
untuk menentukan kesesuaiannya dengan ajaran ahlusunnah wal-jama’ah
4. Mendakwahkan Islam berdasarkan
ajaran empat mazhab
5. Mendirikan Madrasah, mengurus
masjid, tempat-tempat ibadah, dan pondok pesantren, mengurus yatim piatu dan
fakir miskin
6. Dan membentuk organisasi untuk
memajukan pertanian, perdagangan, dan industri yang halal menurut hukum Islam
Kalangan
pesantren yang selama ini gigih
melawan kolonialisme, merespon
kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan
(Kebangkitan Tanah Air) pada 1916.
Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan
"Nahdlatul Fikri" (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan
sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar).
Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan
adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai
kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan
memiliki cabang di beberapa kota.
Untuk
menegaskan prisip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasyim Asy'ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian
juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah.
Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan
rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan
dan politik.
c. Majelis Islam A'la Indonesia
Ternyata
Jepang masih membutuhkan bantuan dan tenaga umat Islam. Hl ini terbukti dengan
diaktifkannya kembali MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia) pada tanggal 4
September 1942. Pengaktifan kembali MIAI ini diharapkan dapat memobilisasi
gerakan umat Islam untuk menopang keperluan perang.
Dengan
semboyan "Berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah dan janganlah
berpecah belah", MIAI berkembang menjadi organisasi yang cukup penting
pada masa pendudukan Jepang. Adapun tugas MIAI di masa Jepang antara lain
sebagai berikut :
a. Menempatkan umat Islam pada
kedudukan yang layak dalam masyarakat.
b. Mengharmoniskan Islam dengan
kebutuhan perkembangan jepang.
Untuk melaksanakan tugas tersebut,
MIAI membuat perencanaan program yang menitik beratkan pada tercapainya tujuan
yang bersifat sosio-religius. Adapun perincian program MIAI sebagai berikut :
1. Menyelamatkan dan memelihara
kehormatan dan kejayaan umat Islam.
2. Membangun masyarakat muslim yang
mampu memelihara perdamaian dan
menciptakan kesejahteraan rakyat.
3. Meningkatkan pengurusan semua
masalah penting kaum muslim seperti : perkawinan, waris, masjid, zakat,
pendidikan dan pengajaran, penyiaran dan wakaf, serta kesejahteraan fakir
miskin.
4. Membantu Jepang dan bekerja untuk
Asia Raya.
Dalam upaya
pelaksanaan program tersebut MIAI memusatkan perhatiannya pada tiga proyek
utama, yaitu membangun Masjid Agung di Jakarta, melanjutkan upaya pendirian
Universitas Islam, dan membentuk baitulmal.
Pada bulan Mei 1943, MIAI membentuk
Majelis Pemuda dan Keputrian. Majelis Pemuda dipimpin oleh Ir. Safwan, dengan
sektretaris H.M. Effendi, dan penasihat Dr. Abu Hanifah. Sedangkan Keputrian
dipimpin oleh Siti Nurjanah sebagai ketua dan Ny. Radian Anwar sebagai
sekretaris.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan:
Organisasi agama
terbentuk atas dasar sifat unik manusia yang sosial. Organisasi agama terjalin
dalam berbagai kegiatan mulai dari kehidupan keluarga sampai dengan bidang sosial ekonomi.
Pada masyarakat yang kompleks organisasi agama diperlukan untuk menyelenggarakan
pertemuan, pengajaran, ritual dan menjalin hubungan antar anggota organisasi
tersebut dengan baik.
3.2 Saran:
Kami
sarankan agar para pemuda Indonesia agar memiliki rasa untuk berorganisasi dan
memiliki rasa nasionalisme yang besar dan menjaga Negara kita dengan baik dan
sejahtera. Walau pun kita berbeda agama tetapi kita harus saling menghormati
satu dengan yang lainnya tidak agar tercipta suasana yang bahagia
No comments:
Post a Comment